Nur Saudi

Belajar menjadi Guru Dunia

Menu
  • Tentang Saya
Menu

Berhati hatilah dengan dua penyakit ini, selalu ingin di hormati dan tidak mau menerima kritikan

Posted on July 3, 2017December 11, 2018 by nursaudi

Selama saya berinteraksi dengan orang orang, baik di rumah, di keluarga besar bersama saudara saudara di kampung, bersama rekan rekan di kantor atau bersama dengan rekan rekan di organisasi sosial baik itu ketika mahasiswa maupun ketika di masyarakat, saya lebih banyak mendapatkan kaidah tentang penyakit diri ini selalu ada. Selalu ingin di hormati dan tidak mau menerima kritikan. Sebenarnya kaidah dua penyakit ini dulu saya dapatkan waktu saya masih bekerja di PT. Persada Nusantara, waktu itu Bapak Wadi Harjanto, sebagai SHE Operation Manajer yang menyampaikan kepada saya. “Nur, Kebanyakan manusia itu memiliki penyakit ini, selalu ingin di hormati dan tidak mau menerima kritikan. Kamu akan mendapati semakin sukses seseorang, maka akan semakin kecil porsi penyakit ini dalam dirimnya, dan semakin banyak orang yang gagal karena semakin banyak di gerogoti dengan penyakit ini”.

Oke, kita coba akan mendalami dua penyakit ini. namun sebelumnya saya ingin bertanya kepada anda dan tolong agar dijawab dengan jujur di dalam hati. “Ketika anda bertemu dengan teman waktu SMP atau SMA atau waktu kuliah kemudian berdiskusi tentang pekerjaan, pernah atau tidak terbesit dalam benak anda, bahwa pekerjaan kawan anda tersebut lebih baik atau lebih rendah dibandingkan dengan anda? Dari aspek usahanya maupun penghasilannya” dan pertanyaan yang kedua adalah “Jika dalam sebuah meeting koordinasi dengan tim anda kemudian salah satu dari tim anda mengatakan bahwa, terdapat beberapa kesalahan yang ada dalam cara kerja anda yang berdampak pada target yang tidak tercapai, apakah anda berusaha untuk menjelaskan saat itu juga atau anda lebih mendengarkan dulu penjelasan, masukan dan kritikan tersebut?”. Dua contoh pertanyaan yang saya ajukan di atas adalah salah dua dari pertanyaan uang dapat mengidentifikasi apakah kita termasuk dalam kelompok orang yang memiliki penyakit ini atau tidak. Jika jawaban pada pertanyaan pertama saya adalah bahwa anda pernah atau bahkan sering, maka itulah salah satu indikator kita menjadi pribadi yang selalu ingin di hargai. Mungkin beberapa dari anda akan protes kepada saya, “kan meminta penghargaan dan penghormatan itu wajar wajar saja pak. Karena kita sudah berusaha dan bekerja?.” Jawaban saya, iya tepat sekali. Wajar bahkan sangat wajar, bahkan dalam beberapa kasus di pekerjaan atau bahkan di rumah sering saya melakukan itu. Terhadap anak anak saya di rumah saya selalu menuntuut untuk di hargai dan di hormati sebagai orang tua. Bukan pada sudut pandang saya sebagai pribadi Nur Saudi, tetapi sebagai seorang ayah yang ingin menanamkan etika dan prilaku yang baik kepada anak anak saya. Atau ketika saya di kantor, tahun 2008 saya membuat sebuah produk Quality improvement berupa Quality Control Circle (QCC) di Operation Training and service Departemen PT. Pamapersada. Waktu itu saya bilang kepada manajer saya “Ndan, kalau nanti saat konvensi QCC tim saya mendapat juara I maka kami boleh dong dapat apresiasi naik Grade atau jalan jalan ke Bali” saat itu saya berbicara profesional sebagai tim leader dari sebuah tim gugus kendali mutu dalam membuat QCC, bukan sebagai seorang pribadi Nur Saudi. Namun pada banyak kasus, kita akan mendapatkan sebuah kondisi dimana harga diri kita di sentuh, harga diri kita di sentil dengan prestasi atau kondisi yang “merangsang” kita untuk menampilkan harga diri kita, entah itu dengan posisi harga diri kita yang lebih tinggi atau harga diri kita yang merasa direndahkan. Saat itulah kita dapat mengidentifikasi apakah kita memiliki penyakit selalu minta untuk di hormati.

Dan sekarang untuk analisa pertanyaan yang kedua, jika jawaban anda adalah “lebih sering saya tidak tahan mendengarkan sampai tuntas apa yang disampaikan oleh partner saya dan saya segera menyampaikan bahwa saya tidak seperti itu”, maka itu adalah salah satu indikasi penyakit tidak mau menerima kritikan menjangkiti kita. Beberapa tahun sebelum saya menulis kaidah ini, saya termasuk pribadi yang seperti itu. Pribadi yang begitu berat mendengarkan orang memberikan kritikan kepada saya, belum selesai dia ngomong, langsung saya konter, langsung saya sela dan langsung saya sampaikan bahwa saya tidak seperti yang mereka sampaikan. Saat itu saya merasa bahwa yang saya lakukan adalah sesuatu yang wajar juga. Memang saya tidak seperti itu kok. Namun setelah saya pelajari, ternyata lebih banyak kerugian kerugian yang saya dapatkan ketika saya melakukan hal ini. Yang berarti saya masih memiliki penyakit ini. Pertama adalah kita tidak bisa mengetahui kekurangan kita. Dan ini sangat berbahaya, karena kita tidak akan pernah mau berubah kearah yang lebih baik. Bukankah setiap perubahan kearah yang lebih baik harus di dahului dengan pengetahuan bahwa saat ini kita masih di bawah?. Jika kita menjadi pribadi yang merasa sudah benar, sudah di atas, padahal masih banyak orang lain yang lebih di atas, lebih banyak orang lain yang lebih benar. Kita akan seperti katak dalam tempurung. Padahal jika kita lebih “terbuka” terhadap masukan atau bahkan kritikan orang lain maka kita memiliki lebih banyak “kesempatan” untuk naik kelas. Kedua adalah kita akan di persepsikan oleh orang lain bahwa kita anti kritik. Dan ini adalah sebuah investasi keburukan yang sangat besar. Kalau setiap orang yang berinteraksi kepada anda memiliki persepsi yang sama tentang diri anda bahwa anda adalah orang yang anti kritik, maka sama saja anda menutup kesempatan keberhasilan anda. Bahkan saya pernah mengalami beberapa kejadian yang sangat membuktikan bahwa karakter ini bisa berakibat fatal. Saat senimar tesis, terdapat salah satu peserta yang memiliki karakter selalu menyela dosen penguji, sampai akhirnya sang dosen mengatakan “Karakter seperti ini yang akan anda bawa setelah menyelesaikan S2 dari Universitas ini..?”. dan akhirnya seminarnya diminta mengulang. Ketika saya diskusi dengan sang dosen saya mendapatkan sebuah pelajaran bahwa yang menjadi penyebab mengulangnya sang peserta penyela tadi adalah lebih karena faktor sikap yang tidak mau mendengarkan pertanyaan dosen sampai selesai, selalu di potong. Atau sebuah sidang komite di perusahaan dalam memutuskan apakah calon karyawan tetap itu akan kita angkat atau tidak, ternyata dasar penetapan komite salah satunya adalah karena beberapa peserta yang dalam presentasinya, mereka yang tidak lolos adalah lebih banyak mereka yang tidak menunjukkan sikap siap menerima masukan dan perubahan. Sehingga akhirnya beberapa orang tidak diluluskan atau tidak diangkat menjai karyawan tetap.

Kita tidak akan pernah mendapatkan, atau kalau bahasa halusnya, akan sulit mendapatkan orang orang yang lebih sukses dibandingkan dengan yang lain adalah mereka mereka yang memiliki pribadi yang lebih tertutup, tidak mau menerima masukan atas kekurangan diri. Sebaliknya mereka yang terbuka melihat keberhasilan orang lain dan harga diri orang lain atau prestasi orang lain adalah adalah orang orang yang benar benar bisa berhasil. dan mereka yang mampu melakukan hal tersebut adalah sesuatu yang patut kita berikan apresiasi dan kita akan belajar dari mereka. Sekalipun usia kita lebih tua, atau pangkat dan jabatan kita lebih tinggi. Mari kita ucapkan “Luar biasa prestasi anda, saya akan banyak belajar dari anda dari pertemuan ini” rasakan ada sebuah pribadi kita yang lebih dewasa, lebih tinggi dan semakin bijak dan orang yang berinteraksi dengan kita juga secara elegan akan menerima cerita kita selanjutnya sebagai sebuah partner yang seimbang dalam belajar. Terlebih ternyata kita memiliki sebbuah kisah yang menunjukkan bahwa harga kita atau prestasi kita lebih baik dibandingkan dengan mereka.

Demikian juga, mari kita dengarkan setiap kritikan dan masukan dari orang lain dengan penuh seksama. Mari kita katakan sekali lagi dalam diri kita “kapan lagi kita bertemu dengan keburukan atau kekurangan diri kita kalau bukan melalui kritikan dari kawan kita”. Walaupun di telinga kita memerah karena kritikan itu namun kita harus sadar bahwa kita potensi kita akan melejit beberapa kali dengan kritikan itu. Tahan, terima dan perbaiki. Sukses selalu untuk anda.

Tetap Semangat

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Paling Banyak Dibaca

  • Buatlah target dan rencana kerja harian
    Buatlah target dan rencana kerja harian
  • Menghadapi pemimpin yang tidak efektif
    Menghadapi pemimpin yang tidak efektif
  • Manfaat Program Improvement bagi organisasi dan atau perusahaan
    Manfaat Program Improvement bagi organisasi dan atau perusahaan
  • Tulus, kata yang ringan diucapkan namun berat dilakukan
    Tulus, kata yang ringan diucapkan namun berat dilakukan
  • Kisah Santri bebal menjadi Ulama besar
    Kisah Santri bebal menjadi Ulama besar

Artikel Terbaru

  • Manfaat disiplin waktu
  • Disiplin Waktu (1)
  • Disiplin Kerja (2)
  • Disiplin Kerja (1)
  • Disiplin dan Kesadaran diri

Categories

  • Inspirasi dan Renungan
  • Manajemen dan Kepemimpinan
  • Menjadi Karyawan Hebat
  • Uncategorized
© 2021 Nur Saudi | Powered by Superbs Personal Blog theme