Renungan hari ini : Hanya dengan membangun “kesadaran” sebuah aturan akan sempurna ditegakkan. Tetap semangat
Kali ini saya berbicara tentang aturan. Sesuatu yang menjadikan teratur, sesuatu yang menjadikan tertib. Kehidupan akan berjalan dengan teratur dan tertib jika ada aturan. Paling tidak ada aturannya, namun tentunya tidak akan menjadikan keteraturan atau ketertiban jika aturan tersebut tidak dilaksanakan oleh orang – orang yang seharusnya memang melakukan aturan tersebut. Menarik, kalau kita mempelajari motivasi seseorang dalam melaksanakan sebuah aturan. Dari beberapa literatur yang pernah saya baca dan dalam pengalaman saya, saya akan membagi motivasi seseoarang dalam melakukan aturann ini dalam tiga bagian
Pertama adalah motivasi semu, seseorang akan melakukan sebuah aturan ketika ada atasan atau orang lain yang memiliki kewenangan lebih tinggi yang akan mengawasi mereka. Saya mencontohkan tentang kehadiran dalam sebuah rapat. Dalam undangan, yang hal ini undangan menjadi aturan, bahwa kehadiran peserta adalah jam 08.00 WIB. Akan tetapi kehadiran peserta akan lebih dari jam 08.00 ketika tidak ada atasan mereka atau tidak ada superior mereka. Mereka akan datang jam 8 ketika tau bahwa atasan mereka atau superior mereka akan datang jam 08.00. dan masuk dalam kategori ini adalah orang yang mencari alasan atas ketidak mampuannya dalam melakukan aturan yang sudah ditentukan. Mereka tidak bisa datang jam 08.00 tanpa keterangan, dan ketika di tanyakan kenapa mereka tidak bisa datang jam 08.00, mereka banyak memberikan alasan yang justru dengan alasan itu akan semakin menunjukkan motivasi semu nya yang semakin jelas. “Saya kira rapatnya di undur, karena tidak ada pemberitahuan kembali” atau dengan jawaban “Kemarin saya bertemu dengan Pak Andi, informasinya pemimpin rapat berhalangan, jadi saya kira rapatnya di undur atau dibatalkan”. Alasan alasan yang disampaikan adalah sesuatu yang menggelikan, siapa yang memutuskan di undur atau di ubah jadualnya. Kan tidak ada pemberitahuan bahwa rapat nya mundur maupun di ubah jadualnya. Undangannya tetap jam 08.00 di hari itu.
Yang kedua adalah motivasi yang berdasarkan logika. Motivasi ini terjadi pada seseorang dimana dia sebenarnya menyadari bahwa dia harus datang jam 08.00 memenuhi undangan itu dan beberapa kali dia sudah datang tepat waktu jam 08.00. namun kemudian dia melihat dan merasakan bahwa ternyata kawan dan koleganya banyak yang datang jam 08.15 WIB atau jam 08.30 WIB dan hal itu tidak masalah. Paling tidak yang dia lihat adalah orang orang yang datang terlambat tidak diberikan konsekuensi apapun. Dan akhirnya dia mengikuti kawan kawan nya yang lain yang datang jam 08.15 atau jam 08.30 tersebut. Motivasi pada kategori ini adalah “Ah, ndak masalah aku datang jam 08.00, kenyataanya juga rapat tetap berjalan dan tidak diapa apain sama atasan saya”. Oleh karena itu bagi kita yang menjadi atasan atau superior, agar motivasi logika ini tidak merusak integritas organisasi, maka jika memang rapat dimulainya jam 0830 karena memang kenyataannya banyak diantara peserta rapat yang bisa hadirnya adalah jam 0830, maka sebaiknya aturannya, undangannya diubah menjadi jam 08.30. jangan di undangan jam 08.30 akan tetapi hadir dan dimulainya jam 08.30. jangan sampai anekdot ini terjadi dilingkungan anda, “biar peserta datang jam 08.00 maka undangannya dibuat jam 07.30 ya, atau supaya peserta bisa datang jam 08.30, undangannya dibuat jam 08.00” ini adalah ketidakdisiplinan organisasi karena berawal dari motivasi yang berdasar pada logika yang sudah berjalan selama beberapa waktu di tempat kita bekerja.
Yang ketiga dan yang terakhir adalah motivasi yang didasari oleh kesadaran diri. Motivasi ini muncul dari sebuah prinsip dan keyakinan dari masing – masingg personel. Undangan jam 08.00, maka dia akan tetap datang jam 08.00, walaupun banyak diantara kawan kawannya yang datang terlambat namun dia tetap konsisten datang jam 08.00. kalaupun dia tidak bisa datang jam 08.00 dia akan tetap memberikan kabar dan ijin kepada yang di tuakan atau atasannya bahwa dia tidak bisa hadir jam 08.00 karena ada urusan yang belum di selesaikan dan menjadi prioritas untuk di selesaikan. Membentuk motivasi yang didasari oleh kesadaran ini membutuhkan waktu, embutuhkan usaha yang cukup besar karena hal ini menyangkut pada prinsip hidup seseorang. Karakter seseorang yang konsisten pada aturan ini beraawal dari sebuah keyakinan pribadi bahwa dia harus melakukan itu. Kesadaran diri yang paling kuat adalah dari pemahaman masing – masing orang terhadap agama dan keyakinan mereka. Oleh karenanya dalam berbagai kesempatan ketika saya ditanya bagaimana bisa menumbuhkan motivasi yang berdasar kesadaran ini, maka jawaban saya adalah “carilah tim yang mereka takut dengan siksa kubur mereka. Karena berarti mereka takut sama Tuhan Nya, takut tidak mendapatkan ampunan dan mendapatkan siksa Nya. Karena setiap perbuatan mereka selalu diawasi oleh Tuhan Nya. Bukan oleh atasannya, karenanya, ada atau tidaknya atasann nya merek akan tetap mematuhi dan melakukan aturan karena dia diawasi oleh Zat yang membuat dirinya bahkan membuat atasannya. Hehe..
Tetap semangat