Nur Saudi

Belajar menjadi Guru Dunia

Menu
  • Tentang Saya
Menu

Ajaran Kepemimpinan Mahapatih Gajah Mada

Posted on July 6, 2017March 29, 2019 by nursaudi

Keparbuan Majapahit mengalami zaman keemasan selama pemerintahan Tribhuana Tunggadewi Jayawisnu Wardhani yang diteruskan oleh putranya Hayam Wuruk yang bergelar Sri Rajasanegara. Dalam masa itu, yaitu kurun waktu antara tahun 1328 – 1389 Masehi Keprabuan Majapatih mengalami zaman keemasan, mengguasai seluruh Nusantara, kecuali dua kerajaan kecil di Jawa – Barat, yaitu Sunda Galuh dan Sunda Pakuan. Hal ini tidak terlepas dari peran Mahapatih Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya. Dengan tekadnya yang kukuh, Gajah mada memimpin bangsanya untuk menyatukan Nusantara, dengan harapan agar persatuan dan kesatuan tersebut dapat melindungi bersama dari ancaman bangsa di utara yang waktu itu dikenal dengan bangsa Tartar. Majapahit membangun kekuatan armada lautnya sedemikian kuat terdiri atas ratusan kapal perang di bawah pimpinan Laksamana Nala, dan juga pasukan darat yang andal, dengan inti kekuatan pasukan khusus Bhayangkara. Adalah wajar bahwa Gajah Mada tentunya memiliki ajaran – ajaran khusus kepemimpinan yang dipedomaninya dan mungkin diajarkan pada waktu itu kepada kalangan terdekatnya.

Saya percaya bahwa sebagai keperabuan yang begitu luas cakupan pengaruhnya, bahkan ada yang menyatakan mulai dari Madagaskar sampai Papua, ke Utara sampai Filipina, tentunya mempunyai ajaran – ajaran luhur, termasuk ajaran kepemimpinan.

Dalam kaitan hal tersebut, sebagai pembelajar, saya mencoba mencari sumber – sumber yang dapat digunakan untuk mendalami filosofi kepemimpinan tersebut, yang mampu mengantarkan Keprabuan Majapahit menjadi unggul. Ada dua sumber yang dapat diperoleh, yaitu sebuah buku karangan Renny Masmada berjudul Gajah Mada Sang Pemersatu Bangsa, diterbitkan oleh Elex Media Komputindo, kelompok Gramedia, terbitan tahun 2003, dan artikel dalam SKM “Buana Minggu”, tanggal 15 februari 2004.

Renny Masmada menulis dengan sumber beberapa kepustakan termasuk di antaranya adalah Negarakertagama, sedangkan SKM “Buana Minggu’ kurang jelas sumbernya. Namun demikian apabila disimak dengan cermat, ada kesamaan butir – butir ajaran berupa filosofi kepemimpinanya, namun ada bedanya sedikit, yaitu bahwa Renny Masmada menuliskan 15 ajaran, sementara SKM “ buana Minggu” menulis 18 ajaran dengan judul “Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu”. Di samping itu cara penulisan maupun urutannya agak berbeda, namun menggandung makna yang ada kemiripannya.

Saya sadar sepenuhnya bahwa kajian kepemimpinan dari Mahapatih Gajah mada besumber dari bahan – bahan yang sangat sedikit. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan zaman dahulu bahwa ajaran – ajaran luhur biasanya diteruskan secara lisan, tutur – tinular itu pun untuk kalangan sangat terbatas, yaitu kalangan elit, kerajaan .harapan saya semoga tulisan saya ini dapat mendorong mereka yang lebih ahli daripada saya, mereka yang secara professional menggeluti sejarah, untuk dapat memberikan koreksi atau tambahan, sehingga memperkaya ajaran kepemimpinan yang bersumber dari keahlian local (local – wisdom)

Renny Masmada mencatat ada lima belas ajaran yaitu:

  1. Wijaya, artinya berlaku tenang dalam menghadapi persoalan yang sangat genting
  2. Mantrywira, artinya pembela Negara yang berani dan gagah
  3. Wicaksananengnaya, artinya bijaksana dalam segala tindakan.
  4. Matanggwan, menghormati dan memegang kepercayaan (rakyat dan Negara), mempertanggung jawabkan kepercayaan tersebut.
  5. Satyabhaktiy Aprabhu, artinya setia dengan hati yang ikhlas kepada Negara dan Sri Mahkota
  6. Wagmi wak, pandai berbicara (pidato) dan meyakinkan buah pikirannya kepada orang lain.
  7. Sarjjawopasama, artinya rendah hati, tidak sombong, bermuka manis, tulus ikhlas, lurus dan sabar
  8. Dhirotsaha, artinya rajin bekerja dan sungguh – sungguh, tak mengenal lelah, teguh hati.
  9. Tan Lalana, artinya bersifat gembira, kalau sedih ttidak membutuhkan hiburan dari luar
  10. Diwyacitra, demokratis, mau mendengarkan pendpat orang lain
  11. Tan Satrisna, artinya tidak ingin dikultuskan dan yang terpenting, sangat menjaga hawa nafsu berahi
  12. Sih Samastabhuwana, menyayangi dan menyatu denhan alam jagat raya ini, menyayangi seluruh isinya. Memelihara dan bersahabat dengan mahluk hidup dan alam fauna di jagat raya ini.
  13. Ginong Pratidina, artinya selalu mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk
  14. Sumantri, artinya menjadi pegawai negara yang senonoh , setia kepada hokum, tidak korupsi dan memanfaatkan jabatannya.
  15. Anayaken Musuh, artinya memusnahkan musuh dengan gagah nerani demi cita – cita luhur, untuk negara dan bangsa. Tindakan ini diambil apabila pendekatan persuasif dan perdamaian tidak dapat ditempuh.

Sementara itu, “ Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabhu” menggandung delapan belas ajaran sebagai berikut:

  1. Wijaya, pemimpin harus mempunyai jiwa tenang, sabar, bijaksana, dan tidak lekas panic dalam menghadapi persoalan. Hanya dengan jiwa yang tenang, setiap masalah dapat diselesaikan dengan baik
  2. Mantriwira, pemimpin harus berani membela serta menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa terpengruh tekanan dari pihak mana pun.
  3. Natangguan, pemimpin harus mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggung jawab dan kehormatan
  4. Satya Bhakti Prabhu, pemimpin harus memiliki loyalitas kepada kepentingan yang lebih tinggi dan bertindak dengan penuh kesetiaan kepada nusa dan bangsa
  5. Wagmiwak, pemimpin harus mempunyai kemampuan mengutarakan pendapatnya, pandai berbicara dengan tutur kata yang tertib, sopan, santun dan mampu menggugah semangat masyarakat.
  6. Wicaksananeng Naya, pemimpin harus pandai berdiplomasi dan pandai mengatur strategi dan siasat.
  7. Sarjawa Upasama, pemimpin harus rendah hati, tidak boleh sombong, congkak, dan tidak sok berkuasa.
  8. Dhirotsaha, pemimpin harus rajin dan tekun bekerja, memusatkan cipta, rasa, karsa, dan karyanya untuk mengabdi pada kepentingan umum.
  9. Tan Satrsna pemimpin tidak boleh pilih kasih terhadap salah satu golongan, tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga mampu mempersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk menyukseskan cita – cita bersama.
  10. Masihi Samasta Bhuwana, pemimpin mencintai alam semesta, dengan melestarikan lingkungan hidup sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, dan mengelola sumber daya alam dengan sebaik – baiknya demi kesejahteraan rakyat.
  11. Sih Samasta Bhuwana. Pemimpin dicintai segenap lapisan masyarakat dan sebaliknya, pemimpin mencintai rakyatnya.
  12. Negara Gineng Pratijina, pemimpin senantiasa mengutamakan kepentingan negara. Daripada kepentingan pribadi, golongan ataupun keluarga.
  13. Dibyacitta, pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima pendapat orang lain atau bawahannya (akomodatif dan aspiratif).
  14. Sumantri, pemimpin harus tegas, jujur, bersih, dan berwibawa
  15. Nayaken Musuh, pemimpin harus dapat mengguasai musuh, baik yang datang dari dalam naupun dari luar, termasuk juga yang ada dalam dirinya sendiri.
  16. Ambeg Parama Artha, pemimpin harus pandai menentukan prioritas atau menggutamakan hal yang lebih penting bagi kesejahteraan dan kepentingan umum.
  17. Waspada Purwa Artha, pemimpin selalu waspada dan mampu melakukan mawas diri (intropeksi), untuk melakukan perbaikan.
  18. Prasaja, pemimpin berpola hidup sederhana (aparigraha) tidak bersenang – senang yang berlebihan atau yang serba gemerlap.

Dari kedua macam filosofi ajaran kepemimpinan Mahapatih Gajah Mada tersebut, saya condong kepada ajaran “Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabhu”, namun demikian sebagai sesame pembelajar, siding pembaca bebas memilih yang mana. Demikian pula, kalau ada sumber lainnya, saya sangat terbuka untuk kritik membangun. Bahkan, akan lebih baik untuk dikembangkan bersama demi ikut melestarikan ajaran – ajaran klasik dari kepemimpinan asli Indonesia, termasuk ajaran kepemimpinan jawa yang lazimnya diajarkan secara tutur – tinular, dan belum semuanya dikodifikasikan secara tertulis.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Paling Banyak Dibaca

  • Tahapan dalam melakukan Coaching and Counselling
    Tahapan dalam melakukan Coaching and Counselling
  • Menghadapi pemimpin yang tidak efektif
    Menghadapi pemimpin yang tidak efektif
  • Manfaat Program Improvement bagi organisasi dan atau perusahaan
    Manfaat Program Improvement bagi organisasi dan atau perusahaan
  • Ajaran Kepemimpinan Mahapatih Gajah Mada
    Ajaran Kepemimpinan Mahapatih Gajah Mada

Artikel Terbaru

  • Miliki tujuan hidup yang tepat
  • Keberhasilan itu berawal dari “saya”
  • Aku layak untuk KAYA
  • Kebijaksanaan itu lebih baik daripada pengetahuan
  • Keberhasilan itu dimulai dari apa yang Anda inginkan bukan apa yang tidak Anda inginkan

Categories

  • Inspirasi dan Renungan
  • Manajemen dan Kepemimpinan
  • Menjadi Karyawan Hebat
  • Uncategorized
© 2021 Nur Saudi | Powered by Superbs Personal Blog theme