Usahakan jangan pernah terlambat masuk kerja
Suatu ketika pada saat selesai P5M, Pembicaraan 5 menit, sebuah ritual yang setiap pagi dilakukan di kantor, Pak Budi salah seorang manager di kantor kami datang terlambat. Pak Benny selaku atasan pak Budi bertanya “Kenapa pak Budi terlambat?”. “Rumah saya kan di Bogor Pak dan tadi jalanan nya macet jadi saya terlambat deh. Padahal biasanya juga berangkat di jam yang sama” Pak Budi menyampaikan bahwa hari itu beliau berangkat seperti biasanya. Bangun juga seperti biasanya, dan biasanya tidak terlambat namun hari ini jadi terlambat. Pak benny mendapatkan penjelasan tersebut menyampaikan. Kalau pak Budi sudah berusaha bangun pagi, dan berangkat sudah sesuai dengan kebiasaan yang pak Budi lakukan berarti rumahnya yang terlalu jauh. Karenanya rumahnya yang harus didekatkan ke kantor. Karena kalau mendekatkan kantor ke rumah kan sesuatu yang sulit. Dan kalau menggunakan alasan macet sebagai salah satu alasan, maka di semua jalur pada saat jam berangkat ke kantor juga selalu macet.
Tidak boleh ada alasan atas keterlambatan kita.
Kita akan semakin terangsang untuk mencari berbagai alasan atas keterlambatan kita di kantor. Seolah kita akan mendapatkan sebuah pemakluman, saya sampaikan jika pemakluman pemakluman ini akhirnya menjadi kebiasaan anda, maka sama artinya anda membunuh komitmen anda. Yah, saya katakan bahwa anda telah membunuh komitmen anda. Sesuatu yang sangat fatal. Karena komitmen adalah intisari dari kekuatan beramal dan ber aktivitas. Mencari alasan atas keterlambatan kita ketika kita ke kantor memang sangat lazim di lakukan oleh kebanyakan karyawan, karena memang salah satu sifat dasar manusia dalam hal ini adalah tidak mau dikatakan gagal atau tidak mau mendapatkan kritikan. Agar tidak dikatakan gagal dan tidak menjadi sasaran kritikan ketika datang terlambat tersebut maka kita akan terangsang untuk mencari alasan alasan sehingga akan dapat diterima bahwa keterlambatan kita itu bukan karena keinginan diri kita, bukan karena komitmen kita yang kurang namun karena ada faktor lain yang tidak kita inginkan dan kita tidak bisa merubahnya yang menyebabkan kita datang terlambat ke kantor.
Dan anda sudah sampai kantor
Anda telah masuk dalam dimensi waktu yang menggairahkan. Anda akan bertemu dengan orang orang yang akan memberikan inspirasi dalam kehidupan anda di hari itu. Paling tidak sikap itu yang harus anda miliki ketika anda sudah masuk dalam area perkantoran anda. Karena jika tidak demikian anda akan berjalan sebagaimana mayat yang hidup, tanpa gairah. Tanpa semangat.
Orientasi ini penting. Mulut dan wajah kita akan ringan memberikan senyuman kepada seseorang yang berada di lift saat kita menuju lantai dimana kantor kita berada jika kita memiliki gairah itu. Mulut kita akan ringan menyapa rekan kerja kita yang berpapasan dengan kita saat kita memasuki kantor kita. Menyapa security dengan wajah senyuman manis kita jika kita memiliki orientasi dan niat serta gairah di hari itu. Dan percayalah, jangan anggap enteng konsep sederhana ini. Ada kekuatan yang sangat dahsyat di dalam nya.
Dalam sebuah buku yang berjudul berfikir dan berjiwa besar, sebuah buku yang saya senang sekali membacanya. Sudah lebih dari tiga kali saya membacanya dan setiap kali membacanya saya selalu mendapatkan sebuah inspirasi untuk menata dan meluruskan kembali sikap dan cara berfikir saya. Dan saya sangat merekomendasikan kepada anda untuk membaca buku ini. Dalam buku tersebut David J Scwart sang penulis, dalam salah satu kesimpulannya adalah bahwa sikap kita adalah satu satunya penghalang antara diri kita dengan kesuksesan kita. Yah, hanya satu saja penghalang antara diri kita dengan kesuksesan kita, dengan keberhasilan kita. Dan itu adalah sikap kita. Bagaimana kita bersikap terhadap kondisi yang kita alami itulah yang akan menentukan berhasil tidaknya kita meraih cita – cita kita atau tidak.
Ilmu ini dapat kita terapkan dalam semua aspek kehidupan dan ilmu ini adalah sebuah jurus sakti yang dapat kita gunakan dalam semua kondisi. Bagaimana sikap kita akan menentukan sikap orang lain terhadap kita. Sikap orang lain terhadap diri kita inilah yang akan menentukan peluang peluang bagi kita untuk masa depan kita.
Kembali kepada bagaimana anda mampu menterjemahkan ilmu diatas sebagai seorang karyawan dalam semua dimensi waktu perjalanan kita selama di kantor, selama menjadi seorang karyawan dan dalam menghadapi dinamika penyelesaian tugas dan tanggung jawab kita sebagai seorang karyawan.
Sikap anda ketika memasuki kantor
Terdapat sebuah pepatah yang mengatakan bahwa “kesan pertama begitu mennggoda selanjutnya terserah anda” dan digabungkan dengan ilmu dari Buku berfikir dan berjiwa besar tersebut maka barangkali ada beberapa sikap kita yang perlu kita rubah ketika kita memasuki gedung maupun ruang kantor kita. Jika ada memasuki gedung kemudian anda memberikan sebuah senyuman kepada security yang menjaga pintu masuk gedung, maka security tersebut juga akan membalas senyuman anda. Dan barangkali bukan hanya senyuman yang akan di berikab kepada mereka. Namun mereka juga akan dengan sangat senang membantu anda untuk memencet tombol lift untuk anda. Barangkali dia akan mengatakan kepada anda “Selamat Pagi Bapak, mau ke lantai berapa pak?” sebuah sikap yang diberikan kepada kita yang sangat menyenangkan. Kita memberikan senyuman saja hasilnya jauh lebih besar dan lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan yang kita lakukan kepada mereka (security yang menjaga lift di kantor anda).
Mulailah bekerja sesuai dengan waktu kerja anda
Jika waktu kerja anda dimulai pukul 08.00 wib, maka jika jam 8 anda sudah berada di kantor, maka segera lah bekerja. Segera buka Laptop atau komputer anda, segera selesaikan pendingan kerjaan dari hari sebelumnya. Segera aktifkan telepon meja anda agar anda bisa di hubungi oleh kolega anda. Atau segera mulai brifing pagi bersama dengan rekan kerja atau tim anda. Jangan tunda waktu untuk mulai bekerja anda. Jangan sampai sebuah kebiasaan yang kebanyakan dilakukan oleh para pekerja, dimana jam 8 waktu kerja dimulai namun belum siap bekerja, banyak diantaranya menggunakan 15 sampai 30 menit untuk melakukan “rutinitas” pekerjaan yang tidak produktif, tidak atau belum memberikan hasil dan kontribusi kepada perusahaan anda. Padahal memang jam 8 lah seharusnya anda sudah bekerja.
Mereka masih banyak menggunakan waktu tersebut untuk rutinitas pagi, ke kamar mandi untuk bersih – bersih, mengganti baju atau memperbaiki penampilannya. Bahkan tidak sedikit yang masih menggunakan waktu yang seharusnya sudah di gunakan untuk bekerja namun di gunakan untuk sarapan pagi. Sebuah kegiatan yang harusya di lakukan sebelum berangkat ke kantor.
Tanggung jawab kita mulai jam 8 itu bukan jam 8.15 atau jam 8.30. Suatu ketika jam menunjukkan waktu 08.00 wib dan telpon di meja salah satu staff saya berderinhg, berkali kali. Dan saat itu staff saya belum ada satupun yang hadir. Saya angkat telepon itu dan di ujung telepon “Mbak Putri ada?, ini dari Training Centre Balikpapan, apakah Pelatihan Service Excellent yang kemarin di ajukan sudah di setujui karena ditunggu oleh Customer secepatnya..”. Saya katakan “ Di setujui, silahkan dilanjutkan dan pralelel administrasinya dilakukan. Ketika Putri sudah di meja, selang beberapa detik kemudian, saya sampaikan “Neng, tadi dari Balikpapan menyampaikan bahwa pelatihan Service Excellent nya ditunggu update nya, dan aku katakan di setujui, tolong di bantu fillow up administrasinya.” Dia menimpali “Pagi amat pak?”. Dia lupa bahwa di jakarta jam 08.00 wib di Berau Kalimantan Timur sudah jam 09.00 dan sudah cukup siang untuk ukuran waktu kerja yang dimulai jam 06.30 wita. Sebenarnya bukan masalah terlalu paginya atau yang hanya selisih 2 menit atau bahkan 1 menit, namun karena memang seharusnya jam 08.00 wib sudah siap untuk bekerja maka jam 08.00 itu tanggung jawab du mulai. Bukan jam 08.04 wib.
Dalam sebuah Safety talk yang diisi oleh bapak Adi prabowo Windu Adji, ketua umum Serikat pekerja PT. Ricobana Abadi saat itu, beliau mengambil sebuah topik tentang disiplin waktu kerja. Mengawali materinya beliau memberikan sebuah pertanyaan, “Apakah waktu kerja kita sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, jika sehari harusnya kita bekerja 8 jam sehari, apakah kita sudah bekerja 8 jam sehari?”. Dan ternyata kami semua dibuat sadar dengan sebuah kenyataan yang terkadang kita jadikan sebuah kebenaran dan pembenaran akan waktu kerja kita. Ternyata, dalam materi beliau tersebut, waktu kerja kebanyakan pekerja akan berkurang 3 sampai 4 jam setiap harinya untuk melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak berhubungan dengan pekerjaan. Yang digubakan untuk ber medsos ria yang tidak berhubuangan dengan pekerjaan, yang digunakan untuk sarapan, bersih bersih pagi, untuk mengobrol, untuk mengevaluasi scor pertandingan bola liga Inggris atau untuk sekedar ke ATM atau ke bank guna melakukan sebuah transaksi perbankan. Aktivitas tersebut tidak berhubungan dengan pekerjaan dan bukan merupakan aktivitas yang produktif.