Nur Saudi

Belajar menjadi Guru Dunia

Menu
  • Tentang Saya
Menu

Biasakan yang benar jangan membenarkan yang biasa

Posted on December 24, 2018December 24, 2018 by nursaudi

Beberapa pekan yang lalu saya diundang mengisi sebuah acara di Semarang. Acara dilaksanakan pada hari sabtu, jumat sore saya berangkat setelah menyelesaikan pekerjaan di kantor. Tiket pesawat Jakarta Semarang dan Semarang Jakarta sudah disiapkan oleh panitia. Saat itu saya dipesankan menggunakan pesawat Batik Air penerbangan jam 19.50 WIB dari Jakarta. Setelah memesan taksi dan perjalanan, akhirnya saya sampai di Terminal IC Bandara Soekarno Hatta. Saya segera melakukan antrian untuk cek in. Namun saya kaget, ternyata di terminal 1C sudah tidak terlihat konter cek in untuk maspakai Batik Air, sedangkan jam di tangan saya sudah menunjukkan pukul 18.30 WIB. Saya kemudian bertanya kepada salah seorang petugas di terminal IC. Dan saya mendapatkan sebuah informasi bahwa konter cek in Batik Air sudah berpindah ke Terminal 2E. Subhanalloh, saya salah terminal. Dan ketika saya cek di Tiket yang saya pegang, memang disitu tetulis dengan jelas bahwa memang cek in nya di terminal 2E. Saya tidak melihat keterangan tersebut. Kenapa? Karena dua pekan sebelumnya saya naik pesawat yang sama dan terminal nya masih sama di terinal IC, namun ternyata sudah berpindah sepekan terakhir ke terminal 2E

Kita cenderung akan melakukan sesuatu yang biasa kita lakukan.
Kita akan lebih cenderung melakukan sesuatu sesuai dengan kebiasaan yang telah kita lakukan. Saya tidak berpikir panjang bahwa terminal Batik Air berpindah ke 2E, karena memang biasanya di IC. Dalam keseharian kita, kejadian ini bisa jadi terjadi pada diri anda, pada kita semua. Kita akan cenderung membenarkan dalam diri kita sesuatu yang sudah biasa terjadi. Sudah menjadi kebiasaan di sekitar kita dan kita berinteraksi di dalamnya. Di kampung tempat tinggal saya, pada awal awal saya sekolah SLTA, masih amat sangat jarang anak anak setelah menyelesaikan sekolah SLTA mereka melanjutkan Kuliah, dengan banyak faktor. Alasan ekonomi masih mendominasi bahwa kuliah membutuhkan biaya yang besar. Namun saya pribadi menangkap bukan hanya semata alasan ekonomi namun lebih karena memang sebelumnya sudah menjadi kebiasaan bahwa anak anak setelah SLTA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Kebanyakan dari lulusan lulusan SLTA tersebut bekerja di Luar negeri atau bekerja untuk segera mendapatkan penghasilan dalam waktu yang cepat. Alhamdulillah, abah saya termasuk dari salah satu orang yang memakai filosofi dalam tulisan saya ini. Abah tidak mau mengikuti kebiasaan namun abah akan memberikan sebuah teladan bahwa seharusnya setiap orang tua hendaknya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak anaknya. Sekalipun secara ekonomi tidak memiliki keuangan yang cukup, namun semangat untuk bekerja keras untuk meraih pendidikan yang tinggi kepada anak anak nya harus menjadi sebuah kebiasaan yang benar, bukan hanya kebiasaan yang baik. Karena ini adalah sesuatu yang benar, dan abah ingin membiasakan yang benar ini. Dan alhamdulillah, setelah beberapa tahun berlalu saat ini sangat banyak anak anak di kampung saya yang sudah melanjutkan pendidikan tinggi setelah lulus SLTA.
Apakah kondisi perekonomian jauh berbeda dengan masa saat saya masih SLTA dulu?. Tidak, kondisi ekonomi warga tidak jauh berbeda yang berbeda adalah bahwa saat ini ada sebuah kebiasaan yang benar dari masyarakat bahwa sekolah yang lebih tinggi dan semangat untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi merupakan paradigma yang baik.

Membutuhkan komitmen untuk membiasakan yang benar
Bukan hanya untuk kita dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan kita di keluarga, di pekerjaan atau di perusahaan, di lingkungan pemerintahan. Bukan hanya untuk kebiasaan yang dilakukan oleh individu maupun kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok orang atau bahkan sebuah organisasi. Bahwa kita harus memakai kaidah ini. Kita harus membiasakan yang benar bukan membenarkan yang biasa. Karena yang biasa kita lakukan belum tentu seuatu yang benar. Namun ketika kita sudah membiasakan yang benar, maka akhirnya akan muncul kebiasaan kebiasaan yang benar. Ketika kita bangun tidur, apa yang kita lakukan.? Kebiasaan yang benar adalah kita segera ke kamar mandi untuk mencuci tangan kita, ambil air wudhu bagi yang muslim selanjutnya melakukan aktivitas yang lain.
Sudah kah keluarga kita membiasakan hal yang benar ini atau kah kita membenarkan yang sudah biasa kita lakukan di keluarga kita?. Kebanyakan dari kita dan keluarga kita bisa jadi masih menjadi orang orang yang membernarkan sesuatu yang sudah biasa. Saya juga termasuk di dalam nya. Saya termasuk “membenarkan kebiasaan” dengan tidak makan sayur, karena memang sejak kecil kurang banyak di berikan sayuran dan diberikan pemahaman pentingnya sayuran. Dan kalaupun diminta makan sayur oleh emak saya, dan saya mengatakan bahwa saya tidak menyukaianya dan emak saya luluh dengan penolakan anak nya ini, menjadikan sebuah kebiasaan yang akhirnya saya benarkan. Sampai akhirnya saya mendapatkan ilmu yang benar tentang penting nya makan sayuran untuk kesehatan kita dari istri saya. Dan akhirnya saya membiasakan yang benar tentang makan sayuran ini.

Ketika kita melakukan perjalanan ke kantor dan melihat ada banyak pengendara motor maupun mobil yang menerobos jalur trans jakarta, maka terkadang kita tergoda bahwa seolah olah perilaku itu benar. Karena memang kenyataannya sangat banyak yang melakukan hal tersebut, apalagi ketika tidak ada petugas yang mengawasi. Akhirnya sebagian masyarakat akan membenarkan kebiasaan tersebut, hal itu terlihat dari semakin banyaknya orang yang mengikuti perilaku tersebut. Padahal hal tersebut adalah kebiasaan yang salah. Dan kita harus menjadi bagian dari orang yang membiasaakan yang benar sekalipun sedikit orang yang sadar dan peduli. Di lingkungan pekerjaan, saya pernah menegur salah seorang operator alat berat ketika mereka duduk dan beraktifitas di atas tanggul di area parkir unit alat alat berat. Ketika saya mengingatkan kepada mereka, sebagian dari mereka mengakatan “Biasanya rekan – rekan operator yang lain berdiri disini tidak ada masalah pak, tidak ada yang melarang” kata mereka. Bukan ada atau tidak adanya yang melarang, namun hal tersebut adalah tindakan dan perilaku yang menjadi kebiasaan yang kurang tepat. Apalagi dalam pekerjaan yang syarat dengan potensi kecelakaan tinggi di industri pertambangan.

Termasuk pekerjaan – pekerjaan lain di kantor, ketika anda menduduki suatu jabatan tertentu karena anda mendapatkan promosi. Dan tentunya anda akan melakukan orientasi tentang tugas dan tanggung jawab anda baik, agar dapat melaksanakan tanggung jawab anda pada jabatan tersebut. Dan bisa jadi anda akan mendapatkan sebuah kebijakan atau atauran dan sebagian diantaranya menjadi kebiasaan yang sudah berjalan di area tanggung jawab anda. Seperti misalnya, ketika seorang karyawan melakukan perjalanan dinas, maka dalam dinas tersebut karyawan mendapatkan fasilitas penginapan dengan plafon tertentu. Terdapat seorang atau beberapa orang karyawan yang menginap tidak sesuai dengan plafon tarif hotel dalam ketentuan atau regulasi. Dan pada saat anda menempati posisi dengan tanggung jawab anda untuk melakukan persetujuan terhadap kondisi tersebut, maka saat itulah anda harus memakai kaidah ini. Jika selama ini seolah – olah menginap di hotel dengan tarif yang lebih tinggi di setujui, sehingga ini sudah menjadi sebuah kebiasaan maka hal ini adalah kebiasaan yang salah. Sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab atas persetujuan itu, maka anda harus mengubahnya dan mengembalikan kepada aturan yang benar. Kebiasaan yang benar, sesuai dengan aturan yang berlaku.

Mohon maaf, bagi anda yang saat ini menjabat sebagai seorang pejabat publik, yang ketika melakukann perjelanan dinas ke daeerah daerah anda mendapatkan servis atau entertain yang dilakukan oleh pejabat atau warga di didaerah yang anda kunjungi, cobalah untuk anda evaluasi. Apakah kebiasaan ini adalah kebiasaan yang benar atau kebiasaan yang salah yang tidak sesuai atau tidak ada aturannya. Jika memang tidak sesuai dengan aturannya maka segeralah hentikan karena kebiasaan ini adalah kebiasaan yang salah. Jika memang kebiasaan ini adalah kebiasaan yang belum ada aturannya, maka saran saya juga hentikan kebiasaan ini karena akan memberikan sebuah doktrin kepada pejabat yang anda kunjungi, siapapun nanti pejabatnya, atau bahkan masyarakat yang anda kunjungi akan terdoktrib bahwa ketika anda datang atau ada pejabat yang datang maka mereka harus menyiapkan sesuatu untuk pejabat tersebut. Untuk menservis anda. Dan ini akan menjadi sebuah kebiasaan yang salah. Tidak sehat dan tidak profesional.

Membenarkan yang biasa ini pada lingkup tertentu akan memiliki dampak yang besar dan merusak.

Seringkali saya mendapatkan kabar dari beberapa rekan di berbagai daerah yang akan mendaftar sebagai Pegawai, baik di pemerintahan maupun di swasta. Mereka mengatakan bahwa harus menyiapkan sejumlah uang tertentu untuk bisa lolos dalam proses seleksi penerimaan pegawai tersebut. Karena sudah menjadi kebiasaan yang salah. Bahkan beberapa bulan yang lalu saya di hubungi oleh mertua saya bahwa ada tetangga mertua saya yang anaknya akan mendaftar salah satu karyawan di perusahaan dan diminta menyiapkanm uang puluhan juga untuk bisa di terima. Ini adalah kebiasaan yang akan merusak kepercayaan, keadilan dan kejujura. Kompetensi dan kualitas seseorang akhirnya tidak bisa dinilai secara fair. Walaupun saya meyakini bahwa tidak ada satupun aturan yang melegalkan kebiasaan kebiasaan yang salah tersebut. Yang menjadikan akhirnya muncul kebiasaan kebiasaan yang salah tersebut adalah karena ada oknum tertentu dan kita sebagai masyarakat.
Lhah kok, saya diikut ikutkan Pak Saudi, iya, karena anda dan saya bisa jadi menjadi salah satu dari orang orang yang membiasakan yang salah ini. Tidak berani membiasakan yang benar. Karena memang kita akan mendapatkan dampak penolakan dari orang – orang di sekeliling kita maupun dari sistem lingkungan yang sudah terlanjur membenarkan kebiasaan tersebut. Pada tahun 2019 besok kita akan menghadapi pesta demokrasi dengan terlibat dalam pemilihan preseiden dan wakil rakyat. Jika kebiasaan masyrakat selama ini yang akan dipilih adalah preseiden atau wakil rakyat yang memberikan iming iming materi tertentu yang akhirnya kita mengorbankan pilihan nurani dan kejujuran kita, maka besok kita harus berani merubahnya. Kita akan membiasaakan yang benar. Siappun yang akan kiya pilih harus di dasari dengan sebuah analisa yang valid dan benar tentang pilihan kita sehinhgga kita berani menjadi bagian dari orang yang membiasaakan yang benar.

Perilaku ini adalah perilaku yang berat untuk bisa kita lakukan, namun jika kita sudah mulai dari diri kita, selanjutnya kita pastikan keluarga kita juga menjadi dari bagian dari keluarga keluarga yang membiasakan yang benar dalam segala hal, maka akan muncul kelompok masyarakat yang akan membiasakan hal yang benar juga. Yang in sya Alloh akan muncul bangsa dengan perilaku dan kebiasaan yang benar. Karena kita akan membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa.
Tetap semangat

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Paling Banyak Dibaca

  • Buatlah target dan rencana kerja harian
    Buatlah target dan rencana kerja harian
  • Menghadapi pemimpin yang tidak efektif
    Menghadapi pemimpin yang tidak efektif
  • Manfaat Program Improvement bagi organisasi dan atau perusahaan
    Manfaat Program Improvement bagi organisasi dan atau perusahaan
  • Tulus, kata yang ringan diucapkan namun berat dilakukan
    Tulus, kata yang ringan diucapkan namun berat dilakukan
  • Kisah Santri bebal menjadi Ulama besar
    Kisah Santri bebal menjadi Ulama besar

Artikel Terbaru

  • Manfaat disiplin waktu
  • Disiplin Waktu (1)
  • Disiplin Kerja (2)
  • Disiplin Kerja (1)
  • Disiplin dan Kesadaran diri

Categories

  • Inspirasi dan Renungan
  • Manajemen dan Kepemimpinan
  • Menjadi Karyawan Hebat
  • Uncategorized
© 2021 Nur Saudi | Powered by Superbs Personal Blog theme