Nur Saudi

Belajar menjadi Guru Dunia

Menu
  • Tentang Saya
Menu

Lingkungan kita akan menentukan pikiran kita, dan pikiran kita akan menentukan tindakan kita. waspadalah

Posted on January 1, 2019January 3, 2019 by nursaudi
Pada tulisan saya sebelumnya saya membahas tentang bagaimana kekuatan pikiran kita akan menjadi penentu dari tindakan kita. Sedangkan tindakan kita adalah usaha dan proses menuju hasil yang akan kita dapatkan. Jika tindakan kita positif, semangat dan produktif maka akan mendapatkan hasil yang positif dan sesuai dengan keinginan serta harapan kita. Harapan untuk berhasil. Namun sebaliknya jika kita memiliki pikiran yang negatif maka tindakan yang akan kita lakukan adalah sebaliknya, yang akan cenderung berlawanan arah dari arah keberhasilan kita. Kita telah menginvestasikan kegagalan dengan pikiran negatif kita. Pada tulisan kali ini saya akan mengulas tentang salah satu faktor dan saya katakan ini adalah faktor yang paling dominan dalam pembentukan pikiran kita. Tidak lain dan tidak bukan adalah lingkungan kita. Yap, lingkungan kita adalah faktor dominan dalam pembentukan pikiran kita. Dan jika saya memberikan sebuah batas, maka sesungguhnya kita akan lebih cenderung berada dalam lingkungan yang mengajak kita untuk berfikir standar ke bawah. Bukan standar ke atas. Kebanyakan dari cara berfikir dari orang orang yang berinteraksi dengan kita adalah orang orang yang berfikir kecil. Mereka banyak memakai alasan Takdir untuk menutupi cara berpikir dan bertindak yang besar. Bahwa nasib yang menguasai kita. Sehingga parameter parameter keberhasilan itu seolah menjadi sesuatu yang berada di atas langit tanpa ada cara satupun untuk bisa meraihnya. Kita akhirnya dipaksa dengan kesadaran untuk melupakan mimpi mimpi itu, melupakan rumah yang besar itu, melupakan pendidikan yang lebih baik. Kita dipaksa untuk banyak diam dan berbaring tanpa melakukan tindakan yang besar. Karena pikiran kita yang menghalangi tindakan besar. Karena pikiran kita terbawa pada lingkungan kita. Setiap manusia tanpa di pungkiri ketika ditanya apa parameter keberhasilan anda, maka mereka akan mengatakan bahwa parameter keberhasilan adalah banyak hal yang mengagumkan dan positif. Keberhasilan merupakan kesejahteraan pribadi, rumah yang bagus, setahun atau bahkan setiap tiga bulan sekali liburan bersama dengan keluarga ke luar negeri, memiliki jaminan keuangan untuk anak dan istri serta keluarga besar kita. Sehingga mudah untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan hidup ,baik yang primer, sekunder maupun tersier kita. Keberhasilan juga bisa diartikan sebagai sebuah kehormatan yang kita peroleh, kita mendapatkan respek dari setiap orang yang berinteraksi dengan kita karena kepemimpinan kita dan kepribadian kita. Dan lainnya makna keberhasilan yang berarti juga kita menjadi pemenang. Keberhasilan adalah tujuan hidup setiap orang. Saya berbicara secara fakta bahwa memang setiap orang menghendaki untuk berhasil. Namun keyakinan yang menjadi kekuatan pikiran positif kita ternyata tidak mampu mengimbangi tujuan hidup kita untuk berhasil. Sejauh yang saya alami, ketika saya berinteraksi dengan orang orang, berdiskusi dengan orang orang, bertemu dan melihat serta mempelajari orang orang saya mendapatkan sebuah kesimpulan, lebih dari 80% orang orang di sekeliling kita adalah orang yang cenderung berfikir standar ke bawah. Dan hal ini yang akhirnya mempengaruhi pikiran kita. Sedari kecil kita sudah mendapatkannya, sedikit sekali orang tua yang memberikan sugesti pikiran yang besar dan positif kepada anaknya ketika anaknya belajar berjalan, ketika anaknya belajar naik sepeda. “Hati hati nak, nanti terjatuh”, kalimat yang sepertinya biasa biasa saja namun sudah memberikan sebuah doktrin kepada anak anak kita agar mereka lebih baik berhenti dulu untuk berlatih, nanti dilanjutkan kembali. Atau nanti kalau sudah siap untuk berjalan dan siap untuk naik sepeda. Padahal jika kita mencermati kaidah ini, maka kita akan sepakat bahwa anak anak kita akan mendapatkan pelajaran dan pengalaman untuk bisa ketika sudah mencoba dan mencoba. Dengan kita mengatakan kalimat tersebut dengan tidak mengucapkan kalimat tersebut maka resiko untuk jatuh akan tetap ada. Namun sama sama terjatuh, kenapa kita tidak memberikan sugesti kalimat yang membangun pikiran mereka yang besar dan positif “Jagoan Abi nih, Jagoan ayah, pasti bisa berjalan dan pasti bisa naik sepeda dengan aman selamat”. Bagaimana sikap sikap orang tua kita ketika kita dari sekolah di cubit oleh rekan sekelas kita kemudian saat sampai rumah kita mengadu kepada orang tua kita. Kebanyakan dari orang tua kita akan mengatakan “Duh, siapa sih yang mencubit anak ayah”. Kita mendapatkan sebuah pengasihan dari orang tua kita atas apa yang kita alami. Dan kalimat ini adalah kalimat yang mendoktrin kita bahwa kita harus berada dalam suasana yang nyaman, tidak boleh terusik dengan sesuatu yang menyakitkan, sesuatu yang menbuat kita bisa menangis. Sesuatu yang sesungguhnya akan mendoktrin pikiran kita menjadi cara berfikir penakut, cara berfikir yang selalu berada dalam zona kenyamanan. Dan seterusnya dan seterusnya. Kita berinteraksi dengan rekan rekan kita, berinteraksi dengan guru dan dosen kita, dan setelah beranjak dewasa kita berinteraksi dengan rekan kerja kita, kuta berinteraksi dengan istri atau pasangan kita, kita berinteraksi dengan tetangga kita, kita harus selalu mewaspadai agar jangan sampai kita berada dalam suasanya yang menjadikan pikiran kita menjadi standar kebawah. Yang artinya menjadikan pikiran kita menjadi kecil. Karena pikiran kecil tidak akan membuahkan tindakan yang besar. Berani mengambil resiko yang besar. Untuk mendapatkan hasil yang besar. Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membentuk pikiran besar dari lingkungan kita adalah kita harus sering bergaul dengan orang orang yang berhasil. Bergaul dengan orang – orang yang sukses, orang yang memiliki pikiran yang besar dan telah terbuksi dengan kebesarannya dengan pencapaian pencapaian mereka. Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak boleh berteman dengan sembarang orang. Saya katakan, silahkan berteman dengan sembarang orang, namun anda memiliki tombol pilihan masing – masing pribadi. Manakah orang orang yang akan anda jadikan pendorong untuk membesarkan pikiran dan akhirnya membesarkan tindakan anda dan mana yang bukan. Anda harusnya mengetahui. Saya teringat dulu, abah saya sering mengajak silaturahim saya dan kakak saya ke orang orang yang sukses di daerah sekitar tempat tinggal saya. Kami diajak silaturahim ke keluarga yang berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri atau sekolah sekolah kedinasan. Dan kami mendapatkan banyak inspirasi semangat dari mereka. Suatu ketika kami juga diajak abah kami silaturrahim ke kyai pengasuh pondok pesantren sehingga kami juga akhirnya mendapatkan pelajaran pelajaran tentang akhirat. Kami juga diajak silaturahim kepada tokoh tokoh desa maupun kecamatan yang menjadi unsur pemimpin di wilayahnya, sehingga kami belajar tentang hakekat memimpin dan berjiwa melayani. Suatu ketika saya pernah bertanya kepada abah saya “kenapa kita sering dolan-silaturahim- ke orang orang bah?” Abah saya mengatakan “Mben awakmu ketularan (Biar dirimu ketularan)”. Ya, biar tertular suksesnya. Ketika kami bertemu dengan saudara kami yang sukses menempuh perkuliahan di perguruan tinggi negeri atau kedinasan, diharapkan agar saya bisa tertular keberhasilannya masuk perguruan tinggi negeri maupun kedinasan. Ketika kami seilaturahim dengan kyai dan pengasuh pondok pesantren, diharapkan agar saya bisa tertular keberhasilannya dalam urusan akhirat, bisa mengaji, membaca Al Quran dan mengerti hukun syariat agama Islam. Ketika kami silaturahim dengan orang orang yang menjadi pemimpin, maka diharapkan agar saya bisa tertular jiwa kepemimpinannya. Yang sesungguhnya dimana kita berada dan sering berinteraksi maka kita akan terpengaruh oleh mereka. Akan termotivasi untuk bisa seperti mereka dan kita akan berusaha mengikuti keberhasilan keberhasilan mereka. Walaupun saya dalam tulisan ini hanya bisa memberikan contoh contoh sederhana dari kehidupan saya pribadi dan di validasi dengan kehidupan beberapa rekan rekan atau kenalan kenalan saya, namun kaidah ini adalah kaidah yang sudah teruji. Bahkan sampai menjadi sebuah syariat kenabian dengan sebuah hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “permisalan teman yang baik dan teman yang buruk itu ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi bisa jadi percikan apinya mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tidak sedap”. Kawans, mulai sekarang kita evaluasi kembali dengan siapa kita berinteraksi, dengan siapa lebih banyak kita menghabiskan waktu untuk hari hari kita. Apa yang kita dapatkan untuk makanan makanan pikiran kita dari orang – orang yang berinteraksi dengan kita. Jika kita sudah menetapkan sebuah tujuan keberhasilan dalam hidup kita, maka harus kita mulai dengan siapa kita akan mulai bergaul. Untuk mendapatkan motivasi, bisa meniru, mencotoh dan menjadikan orang orang yang sudah berhasil tersebut sebagai pembina kita. Sebagai motivator kita. Teladan kita. Jangan sampai sebaliknya. Kita menginginkan menjadi pengusaha yang sukses namun kita lebih banyak berinteraksi dengan orang orang yang banyak menghabiskan waktunya di tempat kongkow kongkow dengan game online nya. Hal lain yang bisa kita lakukan untuk memastikan agar pikiran kita selalu mendapatkan makanan makanan yang bergisi positif dan besar adalah kita senantiasa membiasakan dan membudayakan pada arena dan wilayah yang bisa kita kendalikan untuk selalu berada dalam kondisi pikiran dan tindakan yang besar. Misalnya di rumah kita. Bagi kita yang menjadi kepala rumah tangga, seorang suami dan atau seorang ayah, kita bisa mulai dengan aktivitas dan perilaku keseharian kita. Jika anak anak kita mengeluh tentang sesuatu, kita bangkitkan dengan memberikan pikiran pikiran positif kepada mereka. Jika kita menyampaikan sebuah kegagalan atau sebuah hasil yang tidak sesuai dengan keinginan anda, dan kemudian anak atau pasangan kita memberikan pikiran yang standar atau bahkan yang negatif, maka harus segera kita kondisikan jangan sampai hal tersebut berlanjut. Karena jika berlanjut maka bukan hanya akan mengecilkan pikiran kita, namun bisa merugikan kita. Saya pernah mendapatkan sebuah cerita seorang kawan tentang suasana kantor istrinya yang sedang dilakukan audit internal. Salah seorang manajer di perusahaan tersebut terkena delik audit karena ada beberapa perjalanan dinas yang tidak sesuai dengan aturan kantor. Ketika dilakukan audit internal, manajer tersebut melawan dengan berbagai argumen. Walaupun sudah tau salah namun tetap saja memberikan argumen yang dilakukan untuk membenarkan tindakannya. Selidik punya selidik, kenapa begitu yakin dengan argumennya, tidak lain karena pengaruh dari suaminya di rumah yang mengatakan bahwa sang istri harus melawan audit internal tersebut. Padahal ini adalah sebuah langkah yang bukan hanya akan mengecilkan pikiran kita, namun juga akan memberikan dampak keburukan bagi sang ibu manajer. Pada kondisi kondisi yang bisa kita jaga dan bisa kita kelola suasanyanya, maka kita kondisikan agar diskusi diskusinya, saran sarannya, masukan masukannya adalah diskusi saran dan masukan yang besar, yang memberikan inspirasi besar dan kekuatan untuk melakukan tindakan yang besar. Suatu ketika tim saya menyampaikan kepada saya “Pak, pekerjaan ini kenapa di berikan kepada kita, bukankah pekerjaan ini harusnya menjadi pekerjaan departemen lain” saya mengatakan kepada mereka “terlepas dan pekerjaan milik siapa, yang saat ini sedang kami bahas bersama manajemen, satu hal yang patut kita bangga adalah bahwa kita dinilai mampu untuk melakukan tugas dan pekerjaan tersebut. Karenanya marui kita buktikan”. Dan tim kami pun antusias menyongsong pekerjaan tersebut. Ada banyak alasan bagi saya untuk menghindari pekerjaan tersebut. Namun itu bukan pilihan bagi saya dan tim saya. Karena kami ingin menjadi tim yang hebat, diisi oleh orang orang yang hebat, dengan tindakan tindakan yang hebat karena diawali dengan pikiran pikiran yang hebat. Lingkungan akan menentukan pikiran kita. Dan pikiran kita akan menentukan tindakan kita. Waspadalah. Bersambung tetap semangat

4 thoughts on “Lingkungan kita akan menentukan pikiran kita, dan pikiran kita akan menentukan tindakan kita. waspadalah”

  1. Dwi says:
    January 3, 2019 at 10:14 am

    Jooss komandan

    Reply
    1. nursaudi says:
      January 4, 2019 at 8:11 pm

      Tetap semangat

      Reply
  2. Kusmiyadi says:
    January 5, 2019 at 7:44 pm

    Good sekali Bapak nurasudi

    Reply
    1. nursaudi says:
      January 5, 2019 at 1:23 pm

      Siap. Belajar berbagi lewat tulisan Pak

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Paling Banyak Dibaca

  • Buatlah target dan rencana kerja harian
    Buatlah target dan rencana kerja harian
  • Tahapan dalam melakukan Coaching and Counselling
    Tahapan dalam melakukan Coaching and Counselling
  • Aku layak untuk KAYA
    Aku layak untuk KAYA
  • Sikap terbaik ketika ide dan gagasan kita ditolak
    Sikap terbaik ketika ide dan gagasan kita ditolak

Artikel Terbaru

  • Aku layak untuk KAYA
  • Kebijaksanaan itu lebih baik daripada pengetahuan
  • Keberhasilan itu dimulai dari apa yang Anda inginkan bukan apa yang tidak Anda inginkan
  • Manfaat disiplin waktu
  • Disiplin Waktu (1)

Categories

  • Inspirasi dan Renungan
  • Manajemen dan Kepemimpinan
  • Menjadi Karyawan Hebat
  • Uncategorized
© 2021 Nur Saudi | Powered by Superbs Personal Blog theme