
Pekan ini saya memberikan pembekalan kepada calon calon karyawan staff PT. Ricobana Abadi di Kantor Perwakilan kami di Balikpapan. Sebagai Manajer HCD, salah satu materi yang saya sampaikan kepada peserta adalah tentang Core Values atau nilai inti yang menjadi acuan perilaku setiap karyawan kami, menjadi acuan perilaku setiap anggota keluarga besar PT. Ricobana Abadi. Salah satu perilaku core values Integrity dalam Nilai inti kami adalah Kejujuran dan ketulusan. Saya tertarik membahas tentang ke-tulus-an ini, karena ketika saya memberikan pertanyaan kepada peserta “Menurut anda, apakah pengertian dari Tulus ini..?” dan hampir semua peserta mengatakan bahwa tulus adalah melakukan sesuatu tanpa pamrih.
Kaidah “Tulus” ini menjadi menarik untuk kita bahas, karena bisa jadi, ketika anda diberikan pertanyaan yang sama, anda juga akan menjawab dengan jawaban yang sama seperti peserta tersebut. Okeh, sekarang saya akan tuliskan beberapa pengertian tentang tulus ini. Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian tulus adalah sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dari hati yang suci). Sehingga kalau menurut pengertian tersebut maka terdapat dua hal mendasar bahwa seseorang dikatakan tulus atau tidak. Yang pertama adalah kesungguhan dalam melakukan sesuatu dan bersih hati. Saya akan sampaikan pemahaman melalui cerita saya. Pada awal tahun 2014, tepatnya saya lupa, namun momen itu selalu saya ingat sampai sekarang. Saya dipanggil Bapak Suprianto, Direktur Operasional PT. Ricobana Abadi. Kami diskusi mengalir dan seperti biasa, selalu saya mendapatkan sebuah pelajaran berharga dari beliau. Dan pelajaran berharga saat itu adalah tentang ke tulusan.
“Di, aku ingin mengingatkan dirimu saja. Selama ini dirimu proaktif untuk meningkatkan kualitas operasional kita. setiap kali terdapat temuan yang terkait dengan operasional yang kurang optimal, dirimu sampaikan kepada tim terkait dan dirimu sampaikan saran saran atau pendapatmu. Bagi orang yang berpikiran positif maka mereka akan menilai dirimu sebagai orang yang sangat bagus dalam perusahaan ini. Memiliki integritas kepada perusahaan dan totalitas serta semangat perbaikan terhadap perusahaan ini. Namun juga orang lain akan memiliki penilaian yang bisa jadi berbeda dengan penilaian yang pertama. Bisa jadi ada orang yang menilai apa yang dirimu lakukan, sebagai cara agar dirimu cepet naik jabatan, menunjukkan kelemahan orang lain atau bahasa lainnya sebagai cara untuk menjilat atasanmu. Karenanya, selalu dasari dengan ketulusan setiap dirimu melakukan sesuatu”. Saya dengan seksama mendengarkan dan saya mengatakan “Siap Ndan, Laksanakan”. Beliau melanjutkan “Ketulusan itu, kita melakukan kontribusi yang terbaik dan memang seharusnya kita melakukan itu karena kita adalah bagian dari keluarga besar ini, namun dalam kita melakukan dengan kesungguhan tersebut harus didasari dengan niat yang positif, niat yang baik dan niat yang benar. Bukan niat yang jahat maupun niat yang salah..” Itulah ketulusan. Kita bekerja dengan kesungguhan dan didasari niat yang baik dan benar.
Sebagai seorang professional yang bekerja di sebuah perusahaan, barangkali akan butuh waktu untuk menentukan apakah diri kita sudah melakukan setiap pekerjaan kita dengan tulus atau tidak. Beberapa hal di bawah ini menurut saya dapat kita gunakan sebagai indikator seorang pekerja yang tulus dalam berkontribusi.
Selalu semangat dan bergairah setiap kali berangkat ke kantor
Pernahkah anda mengalami, terasa malas kalau memasuki hari Minggu malam senin. Terasa berat memasuki hari senin. Paling senang di hari Sabtu, tapi kalau sudah hari Minggu, terutama Minggu malam, kamu jadi uring-uringan, gelisah, dan mager banget. Ya, bisa jadi bagi anda Monday is monster day. Hari Senin gak ubahnya seperti neraka untukmu karena kamu harus kembali ke dunia nyata, yaitu pekerjaanmu. Gak hanya itu, kalau sudah Senin bawaannya lihat kalender terus, menunggu kapan weekend dan tanggal merah. Well, kalau kamu termasuk orang yang seperti ini, mungkin itu adalah indikasi kamu mulai gak tulus dalam bekerja.
Orang yang tulus dalam bekerja, mereka akan selalu semangat dan bergairah dalam menyambut hari hari kerjanya. Mau senin, selasa, rabu maupun jumat selalu semangat dan bergairah. Walaupun dengan nada sambil bercanda, saya sangat setuju dengan salah satu rekan saya, Heru Adi ketika sudah tiba Jumat sore “Waduh, besok libur yah…padahal masih semangat saja ini akan bekerja. Tapi karena kantor tutup, ya sudah, aku juga ikut libur saja”. Demikianlah orang yang bergairah dan semangat dalam bekerja.
Memberikan potensi yang terbaik dalam menyelesaikan sebuah tugas
Orang yang tulus dalam bekerja, mereka akan selalu memberikan potensi yang terbaik dalam bekerja. Setiap kali mendapatkan pendelegasian tugas dari atasan selalu berpedoman bahwa bukan hanya yang penting tugas selesai dikerjakan. Namun kita akan memberikan nilai tambah dengan potensi terbaik kita. kerelaan untuk memberikan potensi maksimal kita dalam mengerjakan sebuah tugas ini menjadi salah satu indikator ketulusan kita dalam bekerja. Kita masing – masing yang akan menilainya. Hal lain yang terkait dengan kaidah ini adalah mereka yang tulus, adalah mereka yang tidak akan menunda pekerjaan kereka. Tulisan saya pada artikel sebelumnya mengupas tentang hal ini. Bagaimana kita jangan sampai menunda pekerjaan kita. segera kita lakukan apa yang menjadi tugas kita. saat ini juga.
Hati, pikiran dan badan nya tetap bersama perusahaan saat ini
Agak sensitif kalau menyinggung hal ini. Haha. Tapi ini pendapat saya, bahwa orang yang tulus bekerja di sebuah perusahaan, ketika jam kerja mereka tidak sering surfing mencari lowongan pekerjaan. Hayo ngaku, siapa yang sering seperti ini? Begitu merasa tugas sudah diselesaikan, langsung deh mencuri-curi kesempatan buka browser dan surfing di portal lowongan pekerjaan. Saat ada lowongan kerja yang dirasa menarik, anda langsung semangat untuk apply posisi tersebut. Padahal kamu juga masih di tempat kerja. Orang yang tulus bekerja, saya tidak mengatakan tidak sama sekali selama bekerja tidak membuka lowongan pekerjaan, namun hal itu tidak dilakukan saat bekerja. Dan tidak menjadi “kebiasaan” mereka.
Tidak mengeluh diberikan tugas tambahan
Salah satu indikator yang lain bahwa diri kita memiiki ketulusan dalam bekerja adalah kita tidak mengeluh ketika diberikan tugas tambahan. Saya juga pernah menulis tentang kaidah “tidak boleh mengeluh” ini di tulisan yang lain. Orang yang tulus, akan menangkap bahwa etiap tugas tambahan yang diberikan adalah salah satu bentuk kepercayaan yang diberikan oleh atasannya, oleh perusahaannya bahwa mereka adalah orang yang dipercaya mampu melakukan tugas itu. Selain itu mereka memiliki pandangan bahwa, tugas tambahan bukan sebagai beban namun sebagai kesempatan untuk belajar dan untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Lebih banyak mencari kelebihan perusahaan kita
Sikap tulus yang selanjutnya adalah lebih banyak mencari kelebihan dari perusahaan kita. Tanpa sadar, kita akan terbawa pada sebuah pembandingan pembandingan perusahaan kita dengan perusahaan kawan kita. Jika kita tidak memiliki kepribadian yang tulus ini. Mulai meluncurkan pertanyaan-pertanyaan seputar pekerjaan ke teman kita. Mulai dari digaji berapa, tugasnya apa saja, fasilitas apa saja, dan lain-lain. Mulai membandingkan pekerjaan di tempat kita dengan tempat teman kita bekerja. Akhirnya muncul kekecewaan, akhirnya muncul kalimat yang menjelekkan perusahaan kita. Orang tulus akan lebih sering mencari kelebihan kelebihan perusahaan nya dibandingkan dengan mencari kekurangannya. Karena sesungguhnya apa yang kita dapatkan adalah sesuai dengan yang kita cari. Jikapun anda bekerja pada perusahaan yang sudah sangat bagus dari semua sisi, kalau yang anda cari adalah kekurangannya maka yang akan anda dapatkan adalah kekuranganya. Demikian juga sebaliknya, walaupun anda tidak bekerja pada perusahaan yang sangat bagus, namun jika ada mencari kelebihannya maka yang akan anda dapatkan adalah kelebihannya.
Termasuk dalam kaidah ini adalah orang yang tulus akan selalu seimbang dalam menuntut hak dengan kewajiban yang harus dia kerjakan. Di titik ini, kita mungkin akan melihat sebuah kenyataan bahwa bahwa banyak orang menyebalkan di tempat kerja. Orang yang sudah mulai asal-asalan, sering gak masuk, dan malas menyelesaikan tugas. Bisa jadi baginya, yang penting di akhir bulan transferan masuk, titik. Kerja keras dan kerja asal juga menurut mereka sama saja, sama-sama dapat gaji. Akhirnya, kinerja yang baik bukanlah tujuannya, melainkan uang.
Semoga kita menjadi pribadi professional yang tulus dan selamat mencoba