
Saya akan menceritakan kepada anda sebuah contoh tentang mengapa kita harus mempunyai rencana jangka panjang guna mencapai keberhasilan yang riil. Setelah saya mengisi sebuah sesi pelatihan dengan mahasiswa semester akhir Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang awal tahun lalu, seorang peserta (kita sebut dia Jaka) datang menemui saya dengan membawa raut keraguan dan kecemasan. Jaka tampak berperangai baik dan pandai. Kami berbicara beberapa waktu mengenai apa yang sedang ia kerjakan, pendidikannya, sikapnya dan latarbelakang umum. Kemudian saya berkata kepadanya “Anda datang kepada saya untuk meminta bantuan dalam mencari pekerjaan yang cocok untuk anda. Posisi jelas apa yang anda inginkan?”. “Ya”, ia mengikuti, “itulah alasan saya datang kepada Pak Saudi. Saya tidak tahu apa yang ingin saya kerjakan.”
Masalahnya tentu saja sangat lazim. Akan tetapi saya menyadari bahwa sekadar mengatur agar orang muda ini mengikuti wawancara dengan serangkaian calon majikan tidak akan menolongnya. Mencooba dan meralat adalah cara yang sangat buruk untuk memilih suatu karir. Paling tidak demikian pelajaran yang saya ambil dari sharing dan cerita dari rekan rekan sekolah saya dulu maupun dari senior senior saya di kampus maupun di pekerjaan. Dengan lusinan kemungkinan karier, peluang untuk kebetulan mendapatkan karier yang tepat sangat kecil. Saya tahu saya harus menolong Jaka agar melihat bahwa sebelum ia memulai karier apapun. Ia harus tahu kemana ia akan pergi.
Maka saya pun berkata, “mari kita lihat rencana karier anda dari sudut ini. Coba uraikan kepada saya gambaran diri anda 10 tahun dari sekarang ?.” Jaka yang jelas memperhatikan pertanyaan ini, akhirnya berkata “saya rasa saya menginginkan apa yang kebanyakan orang lain inginkan, pekerjaan bagus yang gajinya besar, dan rumah yang bagus. Sebenarnya”, ia melanjutkan, “saya belum banyak memikirkann tentang hal itu”. Saya menegaskan bahwa ini sangat wajar. Saya terus menjelaskan bahwa pendekatannya terhadap pemilihan karier adalah seperti mendatangi tempat penjualan tiket pesawat terbang dan berkata “Tolong beri saya tiket”. Orang yang menjual tiket benar benar tidak dapat membantu anda jika anda tidak memberi mereka tempat tujuan anda. Maka saya berkata “Dan saya tidak dapat menolong anda menemukan pekerjaan sebelum saya mengetahui apa tujuan anda dan hanya anda yang dapat mengatakan hal itu kepada saya”.
Ini membuat Jaka berpikir. Kami menghabiskan beberapa menit berikutnya bukan berbicara tentang kebaikan dari berbagai jenis pekerjaan yang berbeda, melainkan membicarakan bagaimana menetapkan tujuan. Jaka mendapatkan, saya yakin, pelajaran penting dalam perencanaan karier. Sebelum anda memulai, ketahuilah tempat yang anda tuju.
Setiap tahap dari perkembangan manusia – penemuan besar dan kecil, temuan medis, kemenangan teknologi, keberhasilan bisnis- semua terlebih dahulu di visualisasikan sebelum menjadi realitas. Satelit yang melingkari bumi bukan karena penemuan kebetulan melainkan karena para ilmuwan menetapkan penaklukan ruang angkasa sebagai tujuan. Tujuan adalah sasaran, cita cita. Tujuan lebih dari sekedar mimpi, tujuan adalah mimpi yang diwujudkan. Tujuan lebih dari sekadar pernyataan kabur, “Oh, saya berharap dapat”. Tujuan adalah pernyataan yang jelas “inilah apa yang saya usahakan agar tercapai”. Tidak ada yang terjadi, tidak ada langkah maju yang diambil hingga suatu tujuan ditetapkan. Tanpa tujuan, orang hanya berkeliaran dalam menjalani hidup ini. Mereka berjalan terhuyung huyung tanpa mengetahui kemana mereka pergi, dan akibatnya mereka tidak pernah sampai kemana mana.
Tujuan mutlak perlu bagi keberhasilan sebagaiana udara bagi kehidupan. Tak seorangpun pernah kebetulan mencapai sukses tanpa tujuan. Tak seorangpun dapat hidup tanpa udara. Dapatkan ide yang jelas tentang kemana anda ingin pergi. Tidak penting dimana kita berada dahulu atau dimanan kita berada sekarang, melainkan kemana kita ingin tiba. Karena itu adalah tujuan kita. Perusahaan yang progresif merencanakan skema perluasan 10 hingga 15 tahun yang akan datang. Para eksekutif yang memanajemeni perusahaan penting harus bertanya “Dimana kita ingin usaha berada dalam 10 tahun dari sekarang?”. Kemudian mereka mengukur usaha mereka sesuai dengannya. Kapasitas pabrik baru dibangun bukan untuk kebutuhan sekarang, melainkan lebih untuk kebutuhan 5 hingga 10 tahunn dari sekarang. Penelitian dijalankan untuk mengembangkan produk yang tidak akan muncul selama satu dasawarsa atau lebih mendatang.
Organisasi bisnis modern tidak menyerahkan masa depannya pada kebetulan. Haruskah anda begitu? Kita masing – masing dapat mengambil pelajaran berharga dari perusahaan yang berpandangan kedepan. Kita dapat harus merencanakan setidaknya 10 tahun kedepan. Anda harus membentuk suatu bayangan sekarang mengenai bagaimana anda nanti 10 tahun dari sekarang, jika anda ingin menjadi orang seperti yang anda bayangkan. Ini adalah pikiran yang kritis. Seperti halnya perusahaan yang mengabaikan rencana kedepan tidak akan maju (jika memang dapat bertahan), maka orang yang lalai menetapkan tujuan jangka panjang hampir pasti akan menjadi satu lagi orang yang tersesat dalam labirin kehidupan. Tanpa tujuan kita tidak akan bertumbuh.
Tetap Semangat
salam Hormat