
Alhamdulillah hari ini kami sekeluarga dan kaum muslimin di dunia sedang merayakan hari Raya Idul Fitri, hari raya kemenangan setelah selama satu bulan penuh melaksanakan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan. Sebuah pelajaran dan perjalanan spiritual yang sangat dalam jika kita mau merenungkan hikmah di balik kewajiban puasa dan hari raya Idul fitri ini. Fatimah Azzahrah, putri kami yang kedua, kembar yang pertama, suatu hari di Bulan Ramadhan kemarin sekira pukul 2 siang dengan wajah lesu mengatakan kepada saya “Abi, aku tadi haus sekali dan hampir saja aku tadi minum air putih”. Dengan tersenyum saya berbalik bertanya “lantas kenapa mbak Fatimah tidak jadi minum air putih?”. “Aku takut berdosa, kan dilihat sama Alloh”. Masya Alloh, wal hamdulillah, dalam hati saya sangat bersyukur putri kami sudah memahami hakekat ibadah yang di lakukannya. Dan Alhamdulillah, ketiga putra putri kami akhirnya dapat menyelesaikan puasa Ramadhan selama sebulan penuh.
Saya pernah menulis dalam artikel yang lain, bahwa kesadaran seseorang dalam melakukan sesuatu akan memiliki nilai tertinggi ketika kesadaran nya adalah kesadaran yang didasarkan pada nilai – nilai spiritual. Didasarkan pada nilai keimanan yang diyakini. Bahwa ada dzat yang akan selalu menjadi supervisor bagi diri kita. Dimanapun, kapan pun dan dalam kondisi apapun kita. Sebagai seorang praktisi manajemen SDM, tentunya nilai ini menjadi sangat menarik untuk kita dalami dan selanjutnya kita jadikan sebuah inspirasi dalam kehidupan professional kita. Kedisiplinan yang tinggi akan terwujud ketika orang yang terikat dalam serangkaian aturan yang sudah disepakati tersebut memiliki kesadaran spiritualitas ini. Bahwa mereka akan senantiasa mematuhi serangkaian aturan yang sudah di sepakati tanpa atau dengan pengawasan. Yup, ini intinya. Walaupun saya tidak mengatakan bahwa keimanan dalam hal melaksanakan ibadah puasa seperti yang dilakukan oleh anak saya, Fatimah tersebut, harus sama seperti orang yang terikat dalam sebuah aturan kedisiplinan dalam pekerjaan, namun kenyataannya demikian. Ketika terdapat sebuah nilai atau prinsip yang diyakini atau diimani oleh seseorang dalam melaksanakan serangkaian aturan dalam perilaku disiplin tersebut, akan menjadi orang tersebut semakin memiliki kedisiplinan yang tinggi. Inilah kedisipinan yang didasari oleh kesadaran spiritualitas.
Kita tentunya juga melihat bagaimana sejarah telah memberikan pelajaran kepada kita, tentang bagaimana ketika seorang prajurit telah memiliki kesadaran spiritualitas atas apa yang diyakini, memberikan kemenangan bagi pasukan tersebut. Sekalipun jumlah dan persenjataannya jauh lebih sedikit dan jauh lebih sederhana. Inilah kekuatan kedisiplinan yang didasari oleh kesadaran spiritualitas. Saya selalu tertarik ketika nonton sebuah film kolosal pada momentum sang jenderal atau sang raja memberikan motivasi kepada para prajuritnya, momentum untuk membangun kesadaran spiritual bagi para prajuritnya. Dan dengan terbangunnya kesadaran spiritual ini, akan membangunkan motivasi, semangat tempur bagi seluruh prajuritnya. Kemenangan yang akan mereka dapatkan maupun kematian yang juga merupakan kemenangan atas prinsip dan keyakinan yang mereka pertahankan dengan jiwa dan raga. Karenanya semboyan para pahlawan bangsa ini adalah Hidup Mulia atau mati syahid, merdeka atau mati. Nilai kesadaran spiritual ini yang sampai kapanpun akan tetap layak dijadikan rujukan dalam membangun sebuah perilaku yang penuh dengan semangat, kedisiplinan yang tinggi dan tentunya produktivitas yang maksimal.
Puasa ini merupakan sebuah ritual ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim, dan benar benar indicator keberhasilannya terletak pada keimanan kepada Alloh SWT. Ketika seorang sedang sendiri dan merasa lapar atau haus, ketika tidak ada seorang pun yang melihatnya, sebenarnya terbuka peluang bagi nya untuk makan atau minum dan ketika bertemu dengan orang lain dia masih tetap mengatakan “Aku masih berpuasa kok”. Namun karena adanya kesadaran spiritualitas tersebut hal itu tidak dilakukan. Dengan adanya keimanan tersebut “pelanggaran disiplin” dalam ibadah tersebut tidak terjadi. Karenanya, dalam setiap saya melakukan interview kepada calon karyawan baru, walaupun pertanyaan ini adalah salah satu pertanyaan yang masuk dalam ruang privasi, yang dalam beberapa perusahaan dan beberapa Negara melarang untuk memberikan pertanyaan ini, saya tetap melakukannya. Pertanyaan seputar bagaimana implementasi keimanan yang mereka yakini. Yang muslim saya selalu Tanya tentang bagaimana ibadah Solat mereka, dan yang Nasrani juga saya dalami tentang bagaimana ibadah ibadah mereka. Kesimpulan saya atas bagaimana kesadaran spiritual mereka dalam beribadah tersebut menjadi sebuah preferensi penilaian saya terhadap sang kandidat.
Bagi Anda yang sepakat dengan pendapat ini, “Bahwa saya tidak terlalu bermasalah dengan karyawan yang kurang dalam aspek pengetahuan dan ketrampilan mereka, karena hal itu mudah untuk di perbaiki, namun jika ada masalah dengan kepribadian dan integritas mereka, bagi saya masalah yang susah untuk diperbaiki”, maka konsep yang saya sampaikan akan Anda setujui. Manusia yang memiliki kesadaran spiritual yang tinggi dengan keimanan yang tinggi kepada Nilai nilai spiritualitas dari agama mereka, kita akan mendapatkan produktivitas dan integritas yang terbaik dari mereka. Dan saya meyakini, banyak perusahaan yang akan mengambil peluang ini. “Saya tidak perduli dengan latar belakang agama mereka, namun saya akan mendapatkan produktivitas yang terbaik dari mereka. Saya akan mendukung mereka dalam mempertebal kesadaran spiritual mereka. Karena kemenangan yang akan saya dapatkan, keuntungan dalam perusahaan dan bisnis saya.”
Jika mengutip salah satu ayat dalam Al Quran Surat At Taubah ayat 105 “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Maka disini bisa kita lihat bahwa kesadaran spiritual seorang muslim dalam bekerja harusnya adalah demikian. Ada atau tidaknya pengawas, ada atau tidaknya supervisor mereka harusnya tetap bekerja dengan yang terbaik. Kenapa ?, karena Alloh, Rasul Nya dan orang yang beriman akan melihat pekerjaan mereka. Mereka akan menjadi saksi bagaimana kinerja mereka di dunia. Dan akan di bawa sampai ke persidangan di akhirat.
Selamat merayakan hari kemenangan untuk saudara – saudari saya yang beragama Islam, mari kita ambil hikmah dari ibadah puasa yang kita lakukan sebulan penuh kemarin dan akhirnya kita mendapatkan kemenangan hari ini. Karena kita telah membuktikan kesadaran spiritualitas kita dengan penuh keimanan maka kita layak mendapatkan kemenangan ini. Hendaknya kesadaran dan kedisiplinan ini terus kita bawa setelah Lebaran ini. Menjadi pribadi yang makin produktif dan makin disiplin dengan sebuah kesadaran spiritual yang semakin tinggi pula.
Taqobballallahu Minna Wa Minkum. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Tetap Semangat
Salam Hormat