Sumber gambar : zahiraccounting.com
Saya yakin, berbicara tentang disiplin ini adalah perkara yang bagi sebagian orang adalah perkara yang sepele. Dan penyepelean ini bukan karena memang secara materi yang sepele namun karena sering nya kita mendengarkan nasehat atau masukan kepada kita agar kita memiliki disiplin diri. Padahal jika kita pahami disiplin ini adalah pondasi pertama keberhasilan kita. Tidak pernah kita akan menjumpai orang yang berhasil atau sukses pada level dan dimensi apapun ketika mereka tidak memiliki kedisiplinan.
Saya awali dengan pemahaman akan makna disiplin. Disiplin merupakan kesadaran yang kita miliki untuk mematuhi dan melaksanakan segala aturan yang berhubungan dengan diri kita. Terdapat tiga criteria terkait dengan disiplin ini. Pertama adalah tentang Kesadaran. Dan ini yang terberat sebenarnya. Bisa jadi terdapat orang yang mereka mengetahui akan sebuah aturan yang harus mereka patuhi, ada sebuah nasehat yang harus mereka lakukan atau tidak boleh di lakukan, sudah mengetahui akan resiko yang akan muncul jika dilakukan atau tidak dilakukan, namun karena belum atau tidak memiliki kesadaran ini maka akhirnya kita tetap tidak melaksanakan aturan aturan tersebut. Dan lebih parahnya, kita tidak melakukan aturan tersebut, baik berupa nasehat, anjuran, aturan tertulis, norma social tersebut, adalah dengan kesadaran pula.
Kesadaran ini bagi orang lain akan menjadi kriteria penilaian yang penting. Seorang ayah akan memberikan ijin kepada anaknya untuk bermain dengan radius berapa kilometer dari rumah atau berapa lama waktu bermain anaknya adalah ketika sang ayah sudah menilai kesadaran anaknya seberapa besar. Seberapa tinggi. Jika sang anak sudah memiliki kesadaran yang tinggi dengan ditunjukkan sikap dan perilakunya yang meyakinkan ayahnya bahwa sudah mengetahui hal yang baik dan tidak baik dan melaksanakan hal yang baik serta terkait dengan pergaulan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan sang anak melakukan hal yang boleh dilakukan serta meninggalkan yang tidak boleh dilakukan, maka kepercayaan sang ayah kepada sang anak akan semakin tinggi.
Dalam dunia profesionalisme pun demikian. Semakin kita menunjukkan kesadaran yang tinggi atas sebuah aturan, nasehat, petunjuk, hukum, norma yang berhubungan dengan diri dan organisasi kita, maka kita akan semakin menjadi manusia yang wajib. Manusia yang disukai kehadirannya ditengah tengah orang lain. Dan ketiadaan atau ketidak hadiran kita akan menjadi kesedihan bagi orang orang yang berada di sekeliling kita.
Kedua adalah mematuhi dan melaksanakan. Mematuhi dan melaksanakan apa ? Aturan tersebut. Saya memahami bahwa kehidupan yang kita lalui ini sesungguhnya tersusun atas aktivitas aktivitas yang secara bersilih berganti kita lakukan. Dan saya juga yakin, tidak ada satu orang pun yang menginginkan kehidupan yang dilalui penuh dengan masalah. Tentunya setiap orang akan menginginkan sebuah keteraturan yang menciptakan ketenangan, keamanan dan kenyamanan dalam hidup. Idealnya, jika semua orang memahami kaidah bahwa, aturan itu dibuat untuk menciptakan sebuah keteraturan, maka pilihan kita hanya satu yaitu kita akan mematuhi dan melaksanakan peraturan tersebut. Kenapa ? karena kita tidak ingin bermasalah dalam hidup kita. Masalahnya, mengapa masih saja ada orang yang melanggar sebuah aturan ? Jawabannya kembali pada kriteria yang pertama dari kaidah kedisiplinan, karena tingkat kesadaran mereka yang masih kurang. Dengan segala alasan yang menyebabkan kesadaran mereka kurang atau tidak ada tersebut.
Sedangkan yang ketiga adalah Aturan. Berbicara tentang disiplin maka aturan ini semakin jelas dan semakin detail akan semakin baik sehingga ketika kita akan melakukan penilaian dan evaluasi apakah seseorang atau saya sudah menjadi pribadi yang disiplin atau tidak, harus ada aturan yang menjadi referensi nya. Yang menjadi rujukan untuk dilakukan pembandingan, apakah perilaku kita sudah sesuai dengan aturan tersebut atau tidak. Semakin jelas dan semakin detil aturan nya akan semakin bagus. Jika Anda sebagai seorang karyawan, dikatakan tidak disiplin waktu dalam hal kehadiran di kantor, maka ketika sudah ada aturan bahwa, Anda harus datang jang 08.00 WIB di kantor dan perilaku Anda ternyata menunjukkan 80% kehadiran Anda selalu terlambat rata rata 15 menit. Maka Anda harus menerima jika dikatakan tidak disiplin dalam kehadiran di kantor. Namun ketika tidak ada aturan yang mengharuskan Anda datang jam 08.00 WIB di kantor, sedangkan Anda datang rata – rata lebih 10 atau 15 menit, maka ketika Anda dikatakan sebagai pribadi yang tidak disiplin dalam kehadiran ke kantor, maka Anda berhak untuk membela. “Apa dasar yang di pakai saya dinilai seperti itu”.
Dalam kesempatan saya mengisi Program OBAT NDM, Obrolan bermanfaat Nusa Daya Mulia secara live di Channel TV Desa pada hari Minggu, 18 Oktober 2020 kemarin, ada sebuah diskusi yang menarik dengan kasus tentang disiplin waktu. “Coach ada orang yang merasa dia tetap disiplin waktu dalam kehadiran rapat. Walaupun undangan rapat tertulis jam 13.00 WIB namun karena dimulai rapatnya jam 13.15 WIB dan pada jam 13.12 WIB dia sudah di ruang rapat itu, dan kejadian tersebut seolah – olah sudah membudaya maka dia tetap merasa dan mengatakan bahwa saya disiplin waktu kehadiran dalam rapat. Bagaimana mensikapi hal seperti ini.”
Kasus diatas bagi saya, tidak masuk, tidak bisa dikatakan bahwa saya telah disiplin waktu hadir rapat itu walaupun ketika rapat dimulai jam 13.15 WIB saya sudah berada di ruangan rapat tersebut. Tidak bisa. Kita urut, aturannya bagaimana ? aturannya adalah bahwa Rapat tersebut dimulai jam 13.00 WIB bukan 13.12 atau 13.15 WIB. Jika Anda hadir lebih dari jam 13.00 WIB berapa menitpun kehadiran Anda, Anda tetap terlambat Anda tetap melanggar aturan jam 13.00 WIB harus sudah hadir karena jam 13.00 rapat sudah dimulai. Walaupun ada kata pendahuluan “Seharusnya”.
Dalam contoh kasus ini saya akan menjelaskan tentang jenis – jenis kesadaran yang dimiliki oleh seseorang untuk mau mematuhi dan melaksanakan sebuah aturan. Kesadaran yang memunculkan kedisiplinan. Kesadaran yang pertama adalah kesadaran Semu. Kesadaran semu ini adalah ketika seorang anggota rapat yang mendapatkan undangan menghadiri rapat jam 13.00 WIB yang akan dipimpin oleh atasannya, apapun levelnya. Jam di tangan dia saat itu sudah jam 12.58 WIB namun ketika akan beranjak dari kursi kerjanya untuk menuju ruang rapat, dia melihat pimpinan rapat masih berada di ruangan. Apa yang dilakukan, dia duduk kembali melanjutkan pekerjaananya atau aktivitasnya. “Kan sah – sah saja coach, mengefektifkan waktu”, dalam hal daripada di ruang rapat tidak ada kerjaan kan lebih baik merampungkan pekerjaan yang lain. Yess, saya setuju, namun sekali lagi dalam konteks disiplin, beliau nya ini tidak disiplin dan kesadaran yang muncul dalam melakukan kedisiplinan ini adalah kedisiplinan semu. Nah, bagaimana caranya agar kita tetap berkomitmen dengan disiplin dalam hal ini adalah disiplin waktu menghadiri undangan rapat tersebut, maka harusnya saya ini menyampaikan kepada panitia atau sekretaris yang mengundang untuk menyampaikan bahwa, karena pimpinan rapat belum hadir maka saya akan menyelesaikan pekerjaan yang mendesak terlebih dahulu. Saya datang terlambat.
Kesadaran semu itu dalam hal kita akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan atau tidak kita lakukan karena atasan kita, karena orang lain. Seorang pekerja yang akan disiplin dan semangat bekerja karena ditungguin oleh atasannya namun menjadi tidak disiplin dan tidak bersemangat ketika atasannya tidak berada ditempat adalah sebuah contoh yang sederhana tentang kesadaran semu ini. Apapun posisi jabatan atau peran Anda, harus mengupayakan agar tim Anda atau kolega Anda mereka bukanlah orang yang memiliki kesadaran semu dalam hal kedisiplinan karena produktivitas tim Anda pasti akan turun, pasti akan rendah. Karenanhya seperti di awal saya sampaikan, membangun kesadaran ini memang perkara yang berat, butuh proses, butuh waktu dan tentunya membutuhkan kesabaran.
Kesadaran yang kedua adalah kesadaran logika, dan kesadaran ini yang terjadi dengan kasus yang ditanyakan tersebut. Saya mendapat undangan rapat jam 13.00 WIB dan saya datang jam 13.00 WIB tepat waktu, namun peserta yang lain dan pimpinan rapat rata rata datang jam 13.15 WIB dan akhirnya rapat di mulai jam 13.15 WIB. Karena hampir setiap kali rapat seperti itu, seolah – olah menjadi budaya, bahwa walaupun undangan jam 13.00 WIB sebenarnya rapat nya akan mulai jam 13.15 WIB karena memang pelaksanaannya demikian. Akhirnya apa ? akhirnya saya setiap kali mendapat undangan rapat saya akan datang jam 13.15 WIB dan itu masih dalam kategori saya berdisiplin dalam hal hadir tepat waktu saat rapat. Padahal ini kedisiplinan yang semu. Yang timbul dari kesadaran logika. Karenanya budaya yang masih terjadi di sekitar kita (jika ada) harus kita rubah dan kita perbaiki, jika memang acara akan dimulai jam 09.00 WIB ya undangannya ditulis jam 09.00 WIB ditambahkan tulisan, peserta hadir 15 menit sebelum acara. Jangan ditulis di undangan jam 08.00 WIB tapi dimulai jam 09.00 WIB. Tidak boleh ada kalimat lagi yang muncul “Sudah di undangan ditulis saja jam 08.00 WIB nanti juga tetep dimulai jam 09.00 WIB karena peserta paling jam 09.00 baru datang. Pimpinan acara juga baru bisa datangnya memang jam 09.00 WIB tersebut.”
Dan yang terakhir adalah kesadaran spiritual. Disiplin yang saya maksudkan diatas adalah disiplin yang didasari dengan kesadaran spiritual ini. Dimana kita akan melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu bukan karena orang lain dan bisa berubah karena sebuah kebiasaan yang dibenarkan, namun kita melakukan atau tidak melakukan sesuatu tersebut karena ada sebuah keyakinan dalam diri kita, bahwa ini adalah prinsip dan keyakinan dari diri kita. Kita adalah pribadi yang disiplin. Kita akan menyampaikan kepada dunia bahwa memang seharusnya demikian. Karena kita sebagai orang yang beriman kepada Alloh SWT kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka keyakinan kita adalah kita akan melakukan peraturan tersebut bukan karena orang lain namun karena setiap tindakan kita diawasi dan dilihat di catat oleh Alloh SWT. Karenanya, walaupun ada atasan atau tidak atasan kita harusnya akan tetap bekerja dengan disiplin dan dengan semangat, karena Alloh SWT melihat perbuatan dan amal kita. Dan keyakinan kita adalah setiap amal yang kita lakukan akan mendapatkan balasan dari Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Karenanya mestinya jika ada karyawan atau orang yang beragamanya bener, harusnya dalam hal kedisiplinannya bener. Karena kesadarannya akan semakin mendekati kesadaran spiritual.
Tetap Semangat