Sumber gambar : suara.com
Saya meyakini bahwa untuk berhasil, syarat pertama adalah kita memantaskan diri untuk berhasil. Kita menyiapkan diri kita untuk mendapatkan keberhasilan itu. Menyiapkan bejana untuk siap diisi air. Karenanya ada pernyataan “memang situ ndak bakat jadi orang kaya”. Artinya dengan cara berpikir, cara bersikap dan cara berperilaku yang tidak mengindikasikan orang berhasil maka keberhasilan juga tidak akan datang kepada diri kita. Dan ini, sekali lagi, berlaku semua aspek. Harus ada keyakinan bahwa kita adalah orang yang layak dengan kesempatan dan peluang – peluang itu. Tidak ada keberuntungan dalam waktu yang lama, yang ada adalah “Layaknya kita untuk diisi dengan sesuai atau mendapatkan sesuatu” dan ada kesempatan bertemu dengan sesuatu yang akan mengisi kita. Dalam pekerjaan saya, secara kebetulan saya bertemu dengan banyak orang yang memahami bahwa mereka layak akan kelimpahan, dalam semua bidang. Namun ada yang unik pada bidang ini, apa itu ? yaitu yang menyangkut Uang. Mereka biasanya tidak mengatakan bahwa mereka tidak merasa layak di bidang keuangan. Sebaliknya, mereka mengatakan bahwa mereka puas dengan kehidupan sebagaimana adanya atau bahwa mereka tidak benar benar menginginkan sesuatu lebih dari apa yang mereka miliki. Kadang – kadang mereka berlindung di balik kalimat “Kita kan harus bersyukur sebagai manusia”.
Saya tidak mengatakan bahwa bersyukur itu salah. Saya akan berikan analogi yang sederhana untuk memahami kaidah syukur dan kaidah meningkatkan pendapatan atau keuangan kita. Kalau tahun 2020 kemarin total pendapatan kita setahun adalah 500 juta. Maka di akhir tahun kita mendapatkan 500 juta kita bersyukur. Alhamdulillah bahwa kita mendapatkan penghasilan sebanyak itu. Nah di tahun 2021 ini karena kita ingin memberikan sedekah kepada yayasan yatim itu sekian juta setahun, karena kita akan memberikan les bahasa inggris terbaik untuk anak kita, karena kita berencana merenovasi rumah orang tua kita, maka kita membuat target pendapatan kita menjadi 750 juta dalam setahun. Kaidah yang saya maksudkan adalah bahwa kita harus memiliki kelayakan financial untuk mencapai 750 juta ini. Kita harus memiliki pikiran, sikap dan kerja keras untuk meraih 750 juta ini. Dan ketika di akhir tahun nanti mendapatkan hasil 650 juta. Maka kita bersyukur dengan hasil itu. Kita tidak boleh berlindung di balik syukur untuk naik pada tangga keberhasilan yang lebih baik dalam aspek keuangan ini. Karena kenyataannya kita akan lebih banyak melakukan hal – hal yang baik dan membahagiakan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, ketika kita memiliki semakin banyak uang.
Kalau ada orang yang menggunakan dalih, “sudahlah saya cukup saja dengan pendapatan saya saat ini, saya syukuri”, Pengalaman saya bekerja dengan banyak orang adalah bahwa sikap seperti ini sangat sementara sifatnya. Mereka mungkin tidak menginginkan sesuatu yang lain hari ini, tetapi mereka akan menginginkannya besok atau hari berikutnya. Kalau saya berikan pertanyaan kepada Anda, “Apakah Anda ingin menyekolahkan anak Anda pada sekolah yang terbaik ?”, “Apakah Anda ingin memberangkatkan haji kedua orang tua Anda”. Saya yakin jawaban Anda adalah “Saya ingin Anak saya sekolah dan mendapatkan pendidikan yang terbaik”. Pun “saya akan memberangkatkan haji kedua orang tua saja lima tahun lagi”.
Kita dimaksudkan untuk memiliki sebanyak mungkin keindahan, kekayaan, kesenangan, kehebatan dan kelimpahan sebagaimana yang dapat kita peroleh dari kehidupan di setiap bidang. Anda tidak akan pernah mengatakan kepada anak anak kita “kamu memiliki pendidikan yang cukup sekarang. Berhentilah membaca”. Anda tidak akan pernah berfikir “Aku sangat sehat dan bugar, jadi saya harus berhenti berolahraga dan mulai makan makanan yang tidak sehat”. Anda tidak akan mengatakan “kehidupan spiritualku begitu kuat sehingga aku lebih baik berhenti berusaha memperbaiki hubungaku dengan yang Dia atas”.
Dan Anda tidak akan membenarkan pernyataan – pernyataan ini dengan mengatakan, “Lagipula ada banyak orang – orang yang tidak terpelajar atau yang tidak memiliki hubungan yang baik atau yang tidak memiliki kesehatan yang baik atau spiritualitas yang kuat. Tidak perlu saya meningkatkan diri di bidang – bidang ini sementara aku sudah mendahului orang lain.” Namun inilah tepatnya yang dilakukan beberapa orang di bidang uang. Mereka mencari alasan untuk membuat cita cita mereka tidak tercapai.
Agar benar benar berhasil, kita memerlukan lebih dari sekedar pikiran yang cerdas, hubungan yang penuh kasih sayang, dan tubuh dan jiwa yang sehat. Kita memerlukan kesejahteraan financial. Keberhasilan jauh melebihi uang, keberhasilan adalah mengalami pemenuhan dari identitas kita yang sesungguhnya. Tetapi di dalam masyarakat kita, luar biasa sulit menggali semua potensi kita dan menikmati kehidupan seutuhnya kecuali kalau kita memiliki kekayaan untuk menjalani kehidupan dengan nyaman. Kita harus mampu membeli buku – buku yang hebat dan mempunyai waktu untuk membacanya. Kita harus mampu mengadakan perjalanan dan mempelajari budaya lain, mendengarkan dan memahami musik yang hebat, dan melakukan apa pun yang penting untuk kita lakukan agar dapat menjadi semua yang kita capai.
Sebagai seorang muslim saya memahami sabda Nabi Muhammad “bekerjalah untuk duniamu seakan akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan akan engkau akan mati besok”. Terlepas dari status dan tingkatannya dari hadits tersebut, saya memahami bahwa untuk mencari keberhasilan dunia, kita bekerja dengan sebaik dan sekeras mungkin. Walaupun ada juga yang memaknai yang lain. Kita harus kaya. Karena dengan kekayaan kita akan punya kemampuan menarik saudara kita dari kelaparan. Dengan kekayaan kita akan punya kemampuan untuk membantu yang kekurangan. Saya juga setuju dengan George Benard Shaw yang berkata “Adalah dosa jika kita miskin”. Makna sesungguhnya dari dosa adalah keberadaan yang tidak sesuai dengan siapa diri kita dan pemahaman intuitif bahwa hidup adalah tentang perkembangan dan pertumbuhan. Bahwa setiap kita senang menjadi orang kaya. Maksud Shaw adalah dalam dunia dewasa saat ini, sulit untuk bertumbuh ke arah kepenuhan jika kita miskin.