Pepatah lama ini sangat relevan untuk mengingatkan kepada pada kita bahwa focus terhadap apa yang akan kita capai adalah salah satu kunci keberhasilan. Kita cenderung menjadi manusia yang generalis, banyak hal yang ingin kita capai bukan banyak hal yang ingin kita coret dari list keinginan kita. Kita coret daftar keinginan itu sampai pada target yang benar – benar akan kita fokuskan. Interaksi kita kepada orang lain akan sangat mempengaruhi list – list yang akan kita raih. Kita ingin berhasil di pekerjaan sebagai seorang karyawan namun disisi lain kita ingin agar rintisan usaha buka took, warnet atau warung itu juga berhasil mendapatkan omzet yang besar. Kita tidak cukup focus untuk memastikan agar klien tersebut mendapatkan kepuasan dari layanan kita, kita ingin mengejar klien yang lain namun melupakan kualitas layanan kita. Pada situasi tertentu menjadi generalis tidak salah, pada saat kita secara pribadi melakukan brainstorming atas apa yang akan kita raih, namun perlahan dengan kesungguhan, ketelatenan dan kerja keras kita harus menjadi spesialis pada apa yang akan kita lakukan. Pada apa yang akan kita jadikan sumber penghasilan kita. Fokus dengan profesi sebagai karyawan itu tidak jelek, dan pastikan kita menjadi karyawan teladan sesuai dengan target kinerja kita. Disiplin dan bertanggung jawab dengan pekerjaan yang kita emban. Kita bangga dan Bahagia menjalaninya. Atau mau focus dengan usaha nya dan pastikan kita bekerja keras untuk mendapatkan apa yang kita harapkan.
Ketidak fokusan kita akan berakibat Panjang terhadap kehidupan kita. Target pekerjaan tidak tercapai. Waktu berkumpul dengan keluarga yang susah untuk di cari, tidur pun tidak cukup, dan olah raga pun tidak sempat. Mungkin itulah masalah yang saya dan anda hadapi saat ini. Sudah baik jika kita sudah menyusun agenda aktifitas harian kita. Tentu saja, lebih baik lagi jika kita sudah mulai menyusun rencana untuk aktivitas yang akan dilakukan dalam seminggu kedepan. Ternyata dalam situasi sekarang ini, cara seperti itu tidaklah cukup, bahkan tidak relevan. Menyusun agenda tidak lagi akan efektif. Akan terjadi banyak kondisi dimana kita tidak mengerjakan hal yang harus kita kerjakan dan sibuk melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kita kerjakan. Pemilihan focus pada apa yang akan kita raih dan apa yang kita lakukan ini tidak bisa dilepaskan tentang ilmu bagaimana kita menentukan pilihan demi pilihan dalam hidup.
Kemampuan untuk menentukan pilihan – pilihan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi oleh proses dan kondisi kondisi yang mengasah kita. Saat ini kita bukan hanya sekedar kita melatih diri untuk mengelola waktu yang tersedia, namun mengelola prioritas dan mengembangkan nilai nilai yang bermakna dalam hidup kita. Karena bukan apa yang kita capai, tetapi apa yang kita wariskan. Itu yang lebih penting. Ini semua bukan soal mengelola waktu. Tetapi mengelola prioritas. Banyak pendekatan bagaimana kita mengelola sebuah prioritas sebagai dasar menentukan pilihan demi pilihan. Salah satunya adalah teori ini, kita tetap harus membuat diri kita pada titik dimana kita dapat mengelola prioritas kita dan memfokuskan waktu kita dengan cara ini :
- 80% dari waktu kita -mengerjakan hal yang merupakan kekuatan kita
- 15% dari waktu kita -mengerjakan hal yang sedang kita pelajari
- 5% dari waktu kita -mengerjakan hal penting yang lainnya
Memang tidak mudah untuk mencapainya, tetapi kita harus memperjuangkannya. Jika ada orang yang bekerja untuk kita, cobalah untuk menyerahkan hal – hal yang tidak kita kuasai kepada mereka yang menguasainya. Atau jika memungkinkan, kita dapat saling bertukar tugas dengan kolega kita sehingga masing – masing dari diri kita dapat menggunakan kekuatan sendiri. Ingat, satu satunya cara untuk naik dari posisi sebelumnya kepada posisi yang lebih tinggi secara bertahap adalah dengan beralih dari generalis menjadi spesialis, dari seseorang yang mengerjakan banyak hal dengan baik menjadi seseorang yang memfokuskan pada beberapa hal yang dikerjakan dengan sangat baik.
Dan rahasia untuk melakukan peralihan ini adalah disiplin. Di dalam good to great, Jim Collins menulis sebagian besar diantara kita menjalani hidup yang sibuk, tetapi tidak disiplin. Kita memiliki daftar hal yang harus dilakukan yang senantiasa bertambah panjang, mencoba membangun momentum dengan melakukan, melakukan dan melakukan lebih banyak lagi. Dan itu jarang berhasil.
Namun mereka yang membangun kualitas diri dengan memanfaatkan daftar “berhenti melakukan” seperti daftar “hal yang harus dilakukan”. Mereka memperlihatkan jumlah disiplin yang mengesankan untuk menyingkirkan segala jenis hal yang tidak relevan. Sekali lagi saya ulang, disiplin untuk menyingkirkan hal yang tidak relevan. Hal yang tidak memiliki manfaat terhadap target, cita – cota dan tujuan kita. Dan ilmu ini berlaku dalam tempo waktu kapanpun. Baik jangka pendek maupun jangka Panjang. Kita bisa bertanya kepada diri kita masing – masing, apakah yang kita lakukan saat ini adalah sesuatu yang patut dan layak kita lakukan. Layak untuk kita perjuangkan dan korbankan sumber daya waktu maupun tenaga serta uang kita. Jika jawabannya adalah tidak atau kita meragukannya, maka segera tinggalkan. Disiplin lah untuk meninggalkan kegiatan itu. Kita harus berani melakukannya. Untuk kualitas hidup kita yang lebih baik.
Kita harus berani bersikap “kejam” dalam menilai apa yang sebaiknya tidak kita lakukan. Hanya karena kita suka melakukan sesuatu bukan berarti hal tersebut harus tetap ada dalam daftar hal yang harus kita lakukan. Dan ini biasanya menjadi penyakit. Karena sudah menjadi kebiasaan maka seolah – olah menjadi wajib untuk masuk dalam list tugas dan kegiatan kita. Jika hal tersebut merupakan suatu kekuatan, lakukanlah. Jika hal tersebut membantu anda berkembang, lakukanlah. Yakinilah hal ini, jika kita mengejar dua ekor kelinci maka keduanya akan lolos.