Nikmatilah pekerjaan Anda karena Anda sedang berinvestasi

Mbah Tugiyo, Tetap Penuh Semangat dan Cinta Berkeliling Jualan Es Dawet - KH
Sumber gambar : kabarhandayani

Dalam sebuah sesi diskusi dengan seorang anak muda yang menempuh semester akhir di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta, anak muda ini curhat kepada saya “Walau tidak besar pendapatan saya, namun dengan saya menjadi pramusaji di sebuah rumah makan, bisa membantu biaya hidup saya pak. Namun akhir akhir ini saya ingin pindah, cari pekerjaan yang lain. Capek sekali rasanya setiap hari  melakukan pekerjaan ini. Belum lagi kalau lagi ketemu dengan temen kuliah. Malu juga rasanya”. Ternyata beliau ini bukan hanya sekali ini mau pindah kerja, sebelumnya sudah dua kali pindah kerja.

“Saya akan cerita tentang abah saya, walaupun pada dimensi tertentu tidak bisa anda bandingkan dengan diri anda, anda anak muda kuliah sedang abah saya lulusan MTS dan sudah tidak muda lagi, beliau di desa dan anda saat ini di kota. Namun pada aspek bagaimana memandang sebuah pekerjaan, barangkali cerita saya bisa mencerahkan Anda. Tujuh belas tahun beliau berjualan Es Cendol di daerah desa Sitimulyo kecamatan Pucakwangi kabupaten Pati. Perjalanan ke dese tersebut, saya sering mengikuti beliau saat liburan, ditempuh dengan perjalanan sepeda Onthel, pulang seminggu sekali ke rumah kami di Desa triguno Kecamatan Pucakwangi. Abah dan emak punya kios di Sitimulyo, belitu tinggal disana sama emak. Suatu ketika saya ikut beliau berjualan, dengan gerobak dan sepeda tuanya. Berangkat jam 2 siang dan kembali isya. Perjalanannya tidak seperti di sini, namanya juga daerah pegunungan dan pedesaan. Saya sering mendapati beliau ketika ada anak anak yang membeli es cendol  ternyata tidak membayar, banyak juga yang uang nya kurang tetap di berikan porsi yang sama. Saya bertanya kepada beliau “kenapa begitu Bah?” beliau dengan tenangnya mengatakan (dalam bahasas Indonesia nya) “Saat ini abah sedang menanam dan kelak abah, atau dirimu atau anak cucumu yang akan memetiknya”. Saat saya kuliah di Undip, beliau saya minta berhenti bekerja. Dan sekarang beliau di rumah mengurusi surau. Pernah suatu ketika beliau berkata kepada saya, apa yang saat ini dirimu dapatkan adalah buah dari yang dulu pernah abah tanam. Abah sangat yakin dengan itu”.

Abah bangga dengan pekerjaannya. Dia juga membuktikan bahwa ia dapat menemukan pekerjaan yang memuaskan di tempat yang berat. Beliau sangat menikmati dan mencintai pekerjaannya, namun rasanya bukan karena seberapa besar uang yang beliau akan dapatkan dari keuntungan usaha tersebut. Namun pada mengapa beliau melakukan pekerjaan itu dengan begitu cinta dan bangganya. Beliau mencintai dan bangga pada pekerjaannya karena beliau sedang berinvestasi untuk masa yang akan datang. Dan setiap waktu dengan pekerjaan apapun ada ruang motivasi bagi kita bahwa kita sedang berinvestasi tentang masa depan. “Dapat untung berapapun saat dulu abah jualan, yang pasti sekarang kamu bisa kuliah, bahkan S2, bisa menjadi manajer, punya beberapa rumah dan beberapa mobil. Mereka yang menerima es cendol itu selalu mendoakan, orang tuanya akan mendoakan, tetangga nya akan mendoakan, Malaikat dan Alloh juga akan mencatat dan mendoakan.

Karenanya ketika ada sebuah berita seroang tukang becak yang anaknya peraih nilai terbaik di UNNES Semarang dan bahkan lanjut S3 di Luar Negeri. Hal yang sama dilakukan Bapak tersebut dengan abah saya. Beliau berdua mencintai pekerjaannya saat itu dengan sebuah motivasi ada investasi yang di tanam. Yang akan mengembalikan investasi itu tidak perlu kita bahas cara waktu dan metode nya, karena itu adalah Hak preogratif Alloh SWT. Masalahnya hanya di kita yakin atau tidak dengan kaidah ini. Saya hanya berbicara tentang cara kita memandang pekerjaan yang saat ini kita lakukan, tidak di luar itu.  

Sebuah tulisan yang menarik pernah say abaca di buku yang berjudul “Mengapa harus bahagia”, yang saya beli saat ada Jakarta Book Fair di pasar kenari Jakarta. Dalam salah satu babnya, sang penulis menuliskan, “Baru baru ini saya menonton TV tentang seorang laki laki yang dipanggil PC Taylor. PC membuang sampah (adalah seorang tukang sampah). Dia dan tim nya membersihkan terowongan kereta api bawah tanah di New York –bukan peron, tetapi terowongan bawah tanah. Dia menghabiskan hidupnya di dalam tempat kotor, berbau, penuh dengan tikus, sampah sampah busuk – terowongan dimana kereta selalu melaluinya. Di dalam film documenter itu, mereka membawa kamera bawah tanah. Hal ini seperti berada dalam gua yang panjang, tetapi sangat tidak sehat. PC sudah bekerja selama 25 tahun –membunuh tikus – tikus dan mengangkut sampah. Pewawancara bertanya kepada PC “Jadi apakah Anda menyukai pekerjaan Anda?” “Ya saya menyukainya” dia berkata “saya mencintai pekerjaan ini”. Dia berkata lagi, “orang yang tidak memiliki rumah tinggal di terowongan ini, dan saya menolong untuk memberikan tempat yang lebih baik. Di saat saya menolong mereka, saya juga menyekolahkan kedua putri saya hingga ke perguruan tinggi.” Saya curiga sebetulnya bukan sampah dan tikus tikus yang menggairahkannya –ini adalah kepercayaannya bahwa dia menolong untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Dengan kata lain, lebih mudah mengerjakan pekerjaan jelek jika anda focus terhadap mengapa anda melakukannya.”

“Apapun pekerjaan Anda, anda punya kesempatan berinvestasi. Dan jika sudah memahaminya, berikan saya alasan kenapa anda bermalasan dan tidak bergairah dengan pekerjaan anda.”

Tetap Semangat

Salam Hormat

Leave a Reply

Your email address will not be published.